Kamis 22 Aug 2019 19:10 WIB

MUI Imbau Provokasi di Media Sosial Soal UAS Dihentikan

Provokasi di media sosial soal UAS bisa merusak persatuan.

Rep: Febryan A/ Red: Nashih Nashrullah
Ustaz Abdul Somad (UAS) didampingi pengurus MUI bersiap memberikan keterangan kepada wartawan saat memenuhi undangan MUI di Jakarta, Rabu (21/8).
Foto: Republika/Prayogi
Ustaz Abdul Somad (UAS) didampingi pengurus MUI bersiap memberikan keterangan kepada wartawan saat memenuhi undangan MUI di Jakarta, Rabu (21/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Anwar Abbas, mengimbau agar tidak ada lagi pihak-pihak yang melakukan provokasi di media sosial terkait potongan video ceramah Ustaz Abdul Somad (UAS). Sebab, persatuan dan kesatuan Indonesia harus terus dijaga untuk memastikan bangsa ini terus maju. 

"Janganlah dipanas-panasi lagi. Kita ingin negeri ini jadi negeri yang indah dan damai, oleh karena itu persatuan harus dijaga," kata Anwar, Kamis (22/8), menanggapi banyaknya konten provokatif di media sosial meski sudah ada klarifikasi dari UAS.  

Baca Juga

Pada Rabu (21/8) kemarin, UAS mendatangi kantor MUI di Menteng, Jakarta Pusat, untuk menjelaskan ihwal ceramah viralnya yang membahas salib dan patung itu. Pada kesempatan tersebut, ustaz kelahiran Asahan, Sumatra Utara, itu telah memaparkan bahwa potongan videonya itu menjelaskan tentang akidah agama Islam dan disampaikan di dalam masjid atau hanya kepada umat Islam.  

Menurut Anwar, konsep teologi dan keyakinan antara Islam dan agama lain memang berbeda. Mustahil untuk mempersatukan konsep teologi dan keyakinan itu. "Kalau seandainya ini dipersoalkan, sampai kiamat pun tdak akan selseai," ujar Anwar  

Untuk itu, dia menghimbau agar semua elemen pemeluk agama untuk saling memahami dan terus menjaga persatuan. "Kalau persatuan dan kesatuan kita sudah terusik, maka pembangunan tidak akan bisa berjalan," tegas Anwar.

Bahkan dalam titik kulminasinya, lanjut Anwar, kalau persatuan bangsa tidak dijaga, maka bukan tidak mungkin negeri ini akan seperti Suriah. Di mana terjadi perang saudara berkepanjangan.   

"Tanpa bedakan agama, suku dan rasnya, semua akan rugi. Pertanyaannya, maukah kita jadi bangsa yang porak poranda?," kata Anwar menutup pembicaraan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement