Rabu 21 Aug 2019 05:07 WIB

Cara Pesantren Manbaul Ulum Kuningan Bina Masyarakat

Pesantren ini mempunyai banyak santri kalong

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Santri
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Santri

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN --- Sejak berdiri pada 1973, Pesantren Manbaul Ulum di Desa Silebu, Kecamatan Pancalang, Kabupaten Kuningan terus mengalami kemajuan pesat.

Pesantren yang didirikan oleh KH Alimudin Manshur bertransformasi menjadi pesantren salaf yang juga menyelenggarakan pendidikan formal dengan pendidikan tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Sekolah Menengah Atas.

Baca Juga

Sebagai pesantren salaf, Ponpes Manbaul Ulum memfokuskan metode belajar bagi santrinya untuk dapat memahami secara mendalam berbagai literatur keislaman mulai dari fiqih, tauhid, tafsir, gramatikal Arab dan lainnya. Saat ini sedikitnya ada sekitar 100 santri baik putra maupun putri yang menjadi santri mukim di Ponpes Manbaul Ulum.

Menariknya pesantren ini justru mempunyai jumlah santri kalong (yang tak bermukim) jauh lebih banyak. Totalnya mencapai 500 santri kalong. Santri-santri kalong yang merupakan warga desa Silebu dan desa sekitarnya itu saban malam rutin berdatangan ke pesantren untuk mengaji kitab-kitab kuning.

 

Menurut pengasuh pesantren Manbaul Ulum, KH Muhammad Hafir Idris tradisi mengaji santri kalong telah ada sejak pesantren itu berdiri. Menurutnya, sejak pesantren dipimpin oleh Kiai Alimudin, Pesantren Manbaul Ulum membuka pintu bagi masyarakat agar bisa bisa memperdalam pemahaman keagamaan.

“Jadi disini bukan hanya untuk mondok saja, tapi dari luar pesantren juga belajar di sini. Karena tujuan awal Kiai Alimudin untuk membina masyarakat, di tengah kesibukan bagaimana masyarakat maunya, mengajinya tanpa mondok tapi pulang,” kata Kiai Hafir saat berbincang dengan Republika,co.id pada Selasa (20/8).

Bahkan bagi santri kalong yang berasal dari desa yang jauh, pesantren menyediakan tempat bermalam. Ba'da Maghrib, Santri kalong di pesantren Manbaul Ulum mulai mengikuti mengaji. Tiap harinya, kitab yang dikaji berbeda-beda atau mengikuti sesuai jadwal yang telah ditentukan pesantren.

Metode pembelajarannya yakni dengan bandoengan dimana para santri kalong juga secara langsung memaknai kitab yang diterangkan. Tak hanya belajar kitab-kitab fiqih, tauhid, akhlak, para santri kalong juga diajarkan tentang kitab-kitab gramatikal arab.

“Kebanyakannya yang pelajar ya, ada juga yang sudah kuliah. Setelah mengaji mereka bisa pulang  ke rumah. Tapi tidak full ngajinya seperti yang bermukim, karena waktunya terbatas juga,” katanya.

Pesantren Manbaul Ulum didirikan oleh KH Alimudin Manshur pada 1973. Ia merupakan seorang ulama kharismatik dan mempunyai peran besar terhadap perkembangan syiar Islam di Kuningan.  Kiai Alimudin pernah menimba ilmu di beberapa pesantren seperti pesantren Kadugede Kuningan, Pesantren Gentur Cianjur, Pesantren Babakan Ciwaringin, Pesantren Jagasatru Cirebon, Pesantren Benda Kerep, hingga beberapa pesantren di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pondok Pesantren Al Azhar di Tagung, Kecamatan Sempu, Banyuwangi merupakan pesantren terakhir yang pernah disinggahinya menimba ilmu. Di pesantren itu pula, Kiai Alimudin dinikahkan dengan Nyai Shofiah yang tak lain adalah putri gurunya yakni KH Abbas Munadi.

Keberadaan pesantren perlahan-lahan membawa kehidupan warga di desa Silebu makin religius. Terlebih banyak kegiatan pesantren yang melibatkan warga sekitar. Tak hanya mendirikan pesantren, Kiai Alimudin begitu aktif dalam mendorong pembangunan di desa. Dari mulai mendorong infrastruktur pembangunan jalan, pemasangan aliran listrik hingga pengadaan sarana olahraga.

Keluwesannya dalam bersosialisasi pun  memudahkannya dalam merangkul masyarakat. Meski begitu, Kiai Alimudin merupakan sosok guru yang tegas dalam mendidik santri-santrinya. Kiai Alimudin wafat pada 25 Juni 2007 atau pada 9 Jumadil akhir 1838 Hijriah. Sepeninggalnya, pesantren Manbaul Ulum dipimpin oleh Putra ketiganya yakni KH Muhammad Hafir Idris. Andrian Saputra

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement