Rabu 21 Aug 2019 15:15 WIB

Masjid Huaisheng dan Kedatangan Delegasi Khalifah Usman

Delegasi Usman mengemban misi kepada penguasa Dinasti Tang.

 Masjid Huaisheng
Foto: Onislam
Masjid Huaisheng

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Kota Xi'an, Provinsi Shannxi, Cina, berdiri sebuah masjid kuno yang telah berusia kurang lebih 1.300 tahun. Inilah masjid tertua di Cina, sekaligus masjid tertua di luar jazirah Arabia.

Masjid Huaisheng, demikian orang Cina menyebutnya. Secara historis, pembangunannya diprakarsai oleh delegasi Muslim yang diutus oleh Khalifah Usman bin Affan ke Cina di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqqas, paman Nabi Muhammad SAW.

Delegasi itu mengemban misi untuk berseru kepada penguasa Dinasti Tang tentang ajaran Islam. Kala itu, Kaisar Gaozong, penguasa Dinasti Tang, dengan halus menolak seruan Islam yang disampaikan melalui lisan oleh Sa'ad Abi Waqqas.

Namun, ia sangat menghormati ajaran dan nilai-nilai luhur Islam karena baginya universalitas Islam sesuai dengan ajaran fundamental Konfusianisme. Kaisar Gaozong pun merestui pembangunan masjid pertama, yang kemudian diberi nama Huaisheng. Dan, Dinasti Tang menyebut komunitas Muslim itu dengan nama 'hui'.

Nama lain dari Masjid Huaisheng adalah Guangta. Kata 'huaisheng' berarti mengenang Nabi yang agung, Muhammad SAW. Sedangkan, kata 'guangta' artinya menara api, menara cahaya, atau mercusuar.

Nama yang pertama erat kaitannya dengan sejarah masuknya umat Islam ke daratan Cina untuk menyampaikan risalah kenabian Muhammad SAW. Sedangkan, nama kedua identik dengan simbol-simbol yang menghiasi masjid dan fungsi sosial keagamaan bagi masyarakat luas.

Nama Masjid Guangta merujuk kepada menara azan setinggi 36 meter yang berdiri anggun di sebelah barat daya masjid. Inilah menara pertama di daratan Cina yang menjadi bangunan tertinggi di Kota Xi'an selama berabad-abad. Tak berlebihan jika kemudian menara tersebut diduga sebagai simbol persahabatan antara masyarakat Cina dan umat Islam dari jazirah Arabia.

Secara fungsional, dahulu menara cahaya itu merupakan mercusuar yang mengatur lalu lintas kapal di perairan Sungai Zhujiang. Kapal-kapal pedagang dari berbagai belahan dunia memanfaatkannya sebagai tanda bahwa mereka telah memasuki kawasan Xi'an. Di samping itu, bagian puncaknya dimanfaatkan para nelayan untuk mengidentifikasi keadaan cuaca.

Dari kejauhan, sosoknya tampak indah. Perpaduan arsitektur Cina dan Arab serta kilauan cahayanya menjadi keistimewaan yang melekat hingga sekarang.

Keagungan sejarah dan sentralitas masjid menara cahaya (Guangta) terlihat dari banyaknya nama yang dinisbatkan kepadanya. Di samping sebutan Masjid Menara Api atau Menara Cahaya, ada pula yang menyebutnya dengan Masjid Canton, Guangta Si, Hwai Sun Su, Huai-Sheng, Ying Tong, Huai-Shang, dan Huai-Shang Si.

Ibrahim Tien Ying Ma, dalam bukunya Muslim in China menyebutkan, masjid itu juga bernama Kwang Tah Se yang berarti menara cemerlang dan di bangun oleh salah seorang Muslim Cina yang bernama Yusuf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement