Rabu 21 Aug 2019 11:00 WIB

Sepenggal Sejarah Dunia Islam-Paris

Sejarah mencatat, kedekatan itu dimulai sekitar 500 tahun silam.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Salju di Kota Paris, (7/2).
Foto: EPA
Salju di Kota Paris, (7/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Jika suatu kali Anda berkesempatan berdiri di jantung kawasan Latin Quarter, Paris, maka sejumlah ikon kondang ibu kota Prancis itu berada di sekeliling Anda pula. Ada Katedral Nôtre Dame, Taman Luxembourg, Museum Cluny, Panthéon, dan Universitas Sorbonne. Melihat semua kemegahan itu, terkadang orang lupa akan sisi lain dari Paris yang selama ini nyaris tak terungkap. Salah satunya, hubungan bersejarah kota ini dengan Arab.

Adakah yang masih tersisa dari hubungan di masa lalu itu? Ternyata, masih ada, bahkan bisa dibilang cukup banyak. Di antaranya, masih ada ratusan ribu warga Paris yang berbicara dalam bahasa Arab sebagai bahasa utama atau bahasa kedua mereka. Ada pula sejumlah orang Paris yang biasa melahap makanan asal daratan Arab, seperti couscous, mezze, dan shawarma.

Melihat hal itu, rasa-rasanya tak dapat disangkal lagi adanya kedekatan antara Paris dan Arab di masa lalu. Sejarah mencatat, kedekatan itu dimulai sekitar 500 tahun silam. Kala itu, Prancis menjadi bangsa Kristen pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Kesultan Turki Utsmani. Berkat hubungan diplomatik itu, terbukalah pintu bagi para diplomat, kaum intelektual, wisatawan, para pelajar, dan cendekiawan dari kawasan Mediterania Timur serta Afrika Utara untuk berkunjung, bahkan menetap di Paris.

"Pada akhir abad ke-18, hubungan dengan dunia Islam adalah sesuatu yang biasa, termasuk ketika melihat orang berjalan-jalan di Paris mengenakan serban," kata Ian Coller, guru besar sejarah yang pada 2011 menulis buku tentang hubungan Prancis-Arab.

 

Sepenggal sejarah Arab-Paris, antara lain, dapat ditelusuri di sepanjang Rue Saint Jac ques, sebuah jalan di kawasan Latin Quarter, Paris. Di sana terdapat gereja kecil yang berdiri di tepi Sungai Seine, tepat di seberang Katedral Notre Dame.

Gereja itu dibangun pada abad ke-13. Bu kan sekadar tempat beribadah, gereja juga ter sohor dengan pertunjukan musiknya yang luar bia sa. Jika dilihat sepintas, tak ada yang aneh dari Gereja Katholik Roma ini. Namun, jika diperhatikan lebih teliti, dinding Gereja St Julien ini dipenuhi lukisan keagamaan yang menampilkan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab.

Jika berjalan sedikit menanjak ke arah Rue Des Carmes, akan ditemui St Ephrem, gereja bergaya Corinthian yang berdiri sejak 1925. Gereja kecil itu adalah rumah bagi umat Katolik Suriah di Prancis. Di gereja ini, bahasa Arab senantiasa digunakan saat beribadah maupun misa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement