Kamis 15 Aug 2019 06:00 WIB

Pesantren Al Kautsar Kuningan Maju Pesat, Apa Kuncinya?

Pesantren Al Kautsar hanya memperketat asal usul sumber dana.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Suasana Pesantren Al Kautsar Kuningan, Jawa Barat.
Foto: Republika/ Andrian Saputra
Suasana Pesantren Al Kautsar Kuningan, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Meski usianya masih 23 tahun, Pesantren Al Kautsar yang berlokasi di Cantilan Kebon Balong, Desa Cilimus, Kecamatan Cilimus, Kuningan, Jawa Barat ini mengalami perkembangan pesat.  

Saat didirikan pada 1996, pesantren ini hanya memiliki bangunan berupa masjid dan beberapa kamar santri. Bahkan, kala itu pengasuh pesantren pun masih tinggal di pemukiman warga yang terpisah dari pesantren.  

Baca Juga

Namun, lambat laun sarana pendidikan di pesantren ini pun bertambah. Selain menambah bangunan untuk kamar santri, pesantren juga membangun aula mengaji, kantor pengurus santri, dapur hingga rumah pengasuh dan pengajar. 

Tak hanya dari fisik bangunan, santri yang mengaji di pesantren ini pun semakin banyak tiap tahunnya. Saat ini Pesantren Al Kautsar merupakan pesantren salaf yang memiliki santri paling banyak se-Kabupaten Kuningan. Pesantren memiliki total 891 santri, terdiri dari 480 santri putra dan 411 santri putri. 

“Padan 1996 baru mulai pembangunan pondok dari bangun mushala, pondok putra kemudian pondok putri, terus berlanjut mulai ada satu dua santri dan sekarang santrinya hampir sembilan ratusan. Kalau di Kuningan paling banyak santrinya di sini di Al Kautsar,” kata Pengasuh sekaligus putra pimpinan Pondok Pesantren Al Kautsar Kuningan, Ustaz Ahmad Fauzan saat berbincang dengan Republika,co.id beberapa hari lalu.  

Ustaz Ahmad Fauzan membeberkan beberapa hal yang membuat pesantren Al Kautsar mengalami kemajuan pesat. Di antara yang membuat Pesantren Al Kautsar maju pesat lantaran pesantren mempunyai prinsip kehati-hatian dalam mencari pendanaan untuk pembangunan pondok. Ustaz Ahmad mengatakan setiap dana untuk pembangunan baik dari keluarga pesantren maupun berasal dari donatur harus berasal dari sumber yang halal dan jelas asal usulnya. 

Ustaz Ahmad meyakini hal itu berdampak besar bagi perkembangan pesantren. Terutama bagi santri diharapkan membawa keberkahan. “Paling pokok di sini dalam pencarian dana, karena banyak pesantren yang jabrah (sembarangan) dalam menerima pendanaan, sehingga bangunannya bagus tapi tak berkembang. Dari mana saja uang tak disaring, akhirnya bercampur. Kita di sini sebisa mungkin mencari dana itu yang baik, yang betul, yang halal dan memberikan keberkahan bagi santri,” kata Ustaz Ahmad.  

Sementara itu pesantren tak ingin membebani para wali santri dengan biaya pondok bulanan yang tinggi. Terlebih kebanyakan wali santri yang menitipkan anaknya mengaji di pesantren Al Kautsar merupakan keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. 

Bahkan beberapa di antaranya merupakan santri dari keluarga tak mampu. Karenanya pesantren hanya mengenakan iuran per santri sebesar Rp 35 ribu setiap bulannya serta enam kilo beras yang digunakan untuk makan santri selama sebulan.  

 

“Banyak anak mau mondok karena melihat biayanya mahal lalu mundur, ke sini mahal ke situ mahal, masa mau menuntut ilmu ditolak. Tapi kami di sini dengan kesederhanaan pesantren seperti ini silakan yang ingin mondok. Bahkan iuran pun  bukan untuk menggaji pengajar tapi untuk digunakan membangun pondok, karena kami ingin wali santri ada perasaan pesantren ini milik bersama, untuk membangunnya bersama,” katanya.

Pesantren Al Kautsar pun mempunyai sistem dan metode mengajar yang berkualitas. Sehingga santri-santrinya mampu menghafal dan memahami kandungan dari tiap literatur keislaman. Tak hanya itu, para alumni pesantren Al Kautsar pun dalam beberapa pekan sekali turut serta mengikuti pengajian akbar yang diselenggarakan pesantren.   

Pesantren juga mempunyai berbagai kegiatan tambahan di luar mengaji kitab-kitab. Di antaranya pencak silat, hadrah, pidato, hingga tata boga bagi santri putri. Pesantren ini juga menyelenggarakan sekolah kejar paket B dan C sehingga santri juga bisa memperoleh ijazah setara sekolah menengah dan sekolah atas. Kedepannya, pesantren juga akan membuka paket A untuk memfasilitasi santri-santri yang tak lulus sekolah dasar. Andrian Saputra  

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement