Kamis 15 Aug 2019 14:15 WIB

Kemenag Tingkatkan Literasi Keagamaan Masyarakat

Alquran terjemahan bahasa daerah telah memenuhi standar yang ditetapkan.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Kepala Puslitbang LKKMO Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Muhammad Zain.
Foto: Foto: Fuji Eka Permana/Republika
Kepala Puslitbang LKKMO Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Muhammad Zain.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) berupaya meningkatkan literasi keagamaan masyarakat melalui program-programnya. Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Badan Litbang dan Diklat, Muhammad Zain menyampaikan sejumlah program peningkatan literasi keagamaan.

"Salah satunya melalui program digitalisasi dan kajian manuskrip keagamaan, program ini merupakan upaya penyelamatan manuskrip karena banyak masyarakat yang tidak bisa merawat manuskrip sehingga kondisinya sangat menyedihkan," kata Zain kepada Republika.co.id, Kamis (15/8).

Dia menjelaskan, mempelajari manuskrip sangat penting untuk menciptakan terjadinya kesinambungan intelektualitas. Artinya upaya untuk menghubungkan diri dengan intelektualitas masa lalu. Dengan mempelajari manuskrip dari masa ke masa akan bisa menyerap ide, pandangan dan falsafah hidup para penulisnya. 

"Juga bisa menangkap pesan luhur yang terkandung di dalam manuskrip sehingga dapat diungkap dan dimanfaatkan bagi generasi kini, sebuah bangsa yang besar tentu harus menguasai peradaban masa lalunya," ujarnya.

Puslitbang LKKMO Badan Litbang dan Diklat Kemenag juga mempunyai program penerjemahan Alquran ke dalam bahasa-bahasa daerah. Zain menyampaikan, sekarang sudah ada terjemahan Alquran dalam 20 bahasa daerah.

Alquran terjemahan bahasa daerah tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan. Bahkan proses penerjemahannya merujuk ke tafsir-tafsir terkemuka. Di samping untuk melestarikan bahasa daerah agar tidak punah, penerjemahan Alquran dalam bahasa daerah juga sebagai upaya mendekatkan pesan luhur agar Alquran dekat dengan umat. 

"Sebab tidak dipungkiri bahasa daerah merupakan bahasa ibu yang memiliki cita rasa tersendiri, berbeda dengan bahasa Indonesia," ujarnya.

Selain itu, Puslitbang LKKMO Badan Litbang dan Diklat Kemenag juga mencanangkan program menulis sejarah Islam di beberapa daerah di Nusantara. Menurut Zain, program tersebut juga sebagai bagian dari upaya meningkatkan litersi keagamaan masyarakat.

Melalui program itu, dia berharap cara pandang masyarakat Indonesia terhadap sejarah masuknya Islam tidak berkutat pada teori lama. Bisa dilihat dari sisi lain bahwa Islam masuk ke bumi Nusantara dibawa para ulama dan sufi yang khas dengan nilai-nilai harmoni. Mereka membawa Islam dengan damai, bukan dengan cara kekerasan.

"Ada pula teori yang mengatakan Islam dibawa pedagang atau pebisnis ke Indonesia, baik ulama sufi maupun pedagang tidak suka dengan kekacauan, mereka selalu mencari kawan dan tempat yang harmonis, itulah yang membentuk karakter Islam di Indonesia," jelasnya.

Zain mengatakan, ulama Indonesia juga dulu selalu mencari harmoni dengan berdakwah bil urf atau dengan mempertimbangkan kebiasaan adat setempat yang baik. Hal itu seperti dicontohkan Sunan Kali Jaga berdakwah dengan media wayang.

Dia juga menjelaskan bahwa sejarah Islam di satu daerah dengan daerah lainnya saling berhubungan. Jadi menulis sejarah Islam Indonesia perlu diambil dari sumber manuskrip-manuskrip yang ada dan artefak-artefak yang cukup banyak. "Supaya kita mendapatkan perspektif baru, tidak seperti sejarah yang ditulis kolonial," ujarnya.  

Zain menambahkan, pihaknya juga memiliki program menulis folklor atau cerita rakyat. Objeknya pesantren, rumah ibadah dan situs-situs semua agama. Seperti folklor pendirian pesantren, masjid, pura dan wihara beserta tokoh-tokohnya. Diharapkan melalui program tersebut dapat mengambil hikmah dan ajaran luhur dari cerita-cerita rakyat. 

Masih terkait upaya Kemenag meningkatkan literasi keagamaan masyarakat. Puslitbang LKKMO Badan Litbang dan Diklat Kemenag mendorong program menerbitkan jurnal yakni Lektur dan Heritage. Tujuannya program itu supaya hasil-hasil penelitian bisa dinikmati publik lebih luas.

"Layanan terhadap publik ini penting agar Kemenag selalu dirasakan kehadirannya bagi masyarakat, termasuk program penilaian buku pendidikan agama (yang dilakukan Kemenag) dalam rangka meningkatkan kualitas buku-buku keagamaan yang dikonsumsi publik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement