Selasa 30 Jul 2019 07:45 WIB

Berburu Mutiara di Al-Zubarah

Pada masa lalu, mutiara dipandang sebagai benda bernilai tinggi.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
al-Zubarah
Foto: visitqatar.qa
al-Zubarah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berburu mutiara merupakan sebuah pekerjaan yang hadir sejak zaman dahulu. Mutiara paling kuno diperkirakan berusia 7.500 tahun, ditemukan di situs Neolitik al-Sabiyah di Kuwait dan Umm al-Quwain 2 di Uni Emirat Arab (UEA).

Pada masa lalu, mutiara dipandang sebagai benda bernilai tinggi. Mutiara kerap digunakan sebagai perhiasan hingga pelengkap pada upacara pemakaman. "Pearling atau mencari mutiara mendominasi pikiran dan cara hidup hampir semua penduduk pesisir Teluk selama berabad-abad," ujar Robert A. Carter dalam bukunya, Sea of Pearls yang terbit tahun 2012.

Baca Juga

Pada tahun 1811, Al-Zubarah dibombardir dari laut oleh kapal-kapal Oman. Kota ini pun hancur dan tinggal menyisakan reruntuhan. Menurut sejumlah sejarawan, para penghuni kota ini melarikan diri hingga al-Zubarah menjadi kota tak berpenghuni.

Meski sumber sejarah tentang al-Zubarah terbilang langka, para sejarawan menyebut, kehidupan di daerah ini dimulai setidaknya pada tahun 1760-an. Hal itu dimulai dari kedatangan keluarga dari suku 'Utub, sebuah kelompok hasil koalisi beberapa suku di Arab Tengah, pada akhir tahun 1600-an.

Di antara mereka, ada klan al-Khalifah yang sekarang menjadi penguasa Bahrain. 'Utub mendirikan markas di Kuwait. Dengan tekad memperluas wilayah kekuasaan, mereka merambah al-Zubarah dan mendirikan pusat perdagangan.

Para pedagang dari tempat lain di sekitar Teluk pun mulai berdatangan pu la ke al-Zubarah. Hal ini mendorong tum buhnya al-Zubarah sebagai pusat perdagang an. Kala itu, kota lain di Teluk, yakni Basra jus tru sedang berada di bawah tekanan dan ancaman serangan Persia.

Di bawah kekuasaan 'Utub yang dilengkapi dengan sumber mutiara sendiri, al- Zubarah berkembang pesat. Saking ambisiusnya, kota ini dibangun dalam kurun waktu satu dekade, bahkan sepertinya kurang dari itu. Hubungan dagang pun meluas melintasi wilayah Teluk hingga ke Samudra Hindia dan sekitarnya.

Namun, seiring dengan kepopulerannya yang meningkat begitu cepat, geliat perdagangan di al-Zubarah ternyata tak berumur panjang. Muncul pusat perdagangan mutiara lainnya di wilayah Teluk, di antaranya Dubai dan Abu Dhabi. Intensitas persaingan ekonomi di antara kota-kota pesisir diperparah dengan rapuhnya aliansi antarsuku dan keluarga, yang seringnya terjadi perselisihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement