Senin 29 Jul 2019 22:28 WIB

Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab Al-Azhar Diresmikan

Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab persiapkan calon mahasiswa al-Azhar.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Nugroho Habibi/ Red: Nashih Nashrullah
Deputi Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Shaleh Abbas bersama Menteri Agama  (Menag), Lukman Hakim Saifuddin meresmikan Pusat Studi Islam dan Bahasa  Arab (Pusiba) Al-Azhar di Indonesia. Peresmian dilakukan di Universitas  Islam Assyafiiyyah, Jatiwaringin, Bekasi, Senin (29/7).
Foto: Dok Kemenag
Deputi Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Shaleh Abbas bersama Menteri Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin meresmikan Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (Pusiba) Al-Azhar di Indonesia. Peresmian dilakukan di Universitas Islam Assyafiiyyah, Jatiwaringin, Bekasi, Senin (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bersama Deputi Grand Syekh al-Azhar Mesir, Syekh Shaleh Abbas meresmikan Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (Pusiba) al-Azhar di Indonesia. Acara tersebut berlangsung di Universitas Islam Assyafiiyyah, Jatiwaringin, Bekasi, Senin (29/7).

Dalam kesempatan tersebut, Lukman menyambut baik kepercayaan al-Azhar kepada Indonesia. Lukman menjelaskan, Pusiba merupakan cabang pertama yang dibuka di luar Mesir dan diresmikan langsung oleh para petinggi al-Azhar.  

Baca Juga

“Tentu ini kehormatan bagi Indonesia. Saya minta para calon mahasiswa agar memanfaatkan kegiatan belajar di Pusat Bahasa ini dengan sebaik mungkin," ujar Lukman.  

Kedepannya, Lukman menyatakan, dalam mempersiapkan calon mahasiswa Indonesia di al-Azhar akan dilakukan melalui PUSIBA. Sebab, Pusiba berada di bawah naugan al-Azhar secara langsung. 

 

"Kedepan, persiapan calon mahasiswa Indonesia di al-Azhar dilakukan melalui satu pintu, yaitu di Pusat Bahasa ini, karena langsung berada di bawah supervisi al-Azhar,” tuturnya.  

Peresmian Pusiba ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Syekh Shaleh Abbas bersama Lukman Hakim. Prosesi peresmian dilanjutkan dengan pengguntingan pita gedung Pusiba. 

Tampak hadir, Wakil Ketua DPD RI Ahmad Muqowwam, pimpinan Assyafiiyyah Dailami Firdaus, sejumlah alumni al-Azhar. Di antaranya, Prof M Quraish Shihab, TGB M Zainul Majdi, Kepala LPMQ Muchlis M Hanafi, dan civitas akademika Universitas Assyafiiyyah. 

Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) cabang Indonesia yang merupakan pendiri Pusiba menyatakan sejumlah tantangan dalam mengajarkan dan mengembangkan bahasa Arab.  "Tantangannya, masih ada anggapan bahwa bahasa Arab itu hanya bahas agama, padahal tidak," ungkap perwakilan OIAA cabang Indonesia, Muhammad Arifin, Senin (29/7).  

Dia mengatakan, kebanyakan orang yang belajar bahasa Arab, khususnya Indonesia mengganggap metode yang diajarkan tidakkah menarik, padahal tidak demikian. Dia berpendapat, belajar bahasa Arab akan memiliki banyak manfaat.   

Arifin menjelaskan, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa dari sekian bahasa dunia yang diakui oleh PBB. Selain Timur Tengah, bahasa Arab juga telah digunakan di banyak negara.  

photo
Deputi Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Shaleh Abbas bersama Menteri Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin meresmikan Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (Pusiba) Al-Azhar di Indonesia. Peresmian dilakukan di Universitas Islam Assyafiiyyah, Jatiwaringin, Bekasi, Senin (29/7).

Kedepannya, Dia pun menyebut, melalui Pusiba akan dapat menarik minat agar banyak orang belajar bahasa Arab. Dengan fasih berbahasa Arab, siswa yang ingin melakukan studi ke Mesir akan lebih mudah berkomunikasi. 

"Usaha yang sudah dilakukan oleh Organisasi alumni al-Azhar ya dengan membuka lembaga ini. Kali ini, lembaga Pusiba khusus untuk mempersiapkan calon mahasiswa ke al-Azhar," ujarnya.   

Kedepannya, dia menambahkan, Pusiba akan terus dikembangkan. Dia mengatakan Pusiba juga sangat mungkin membuka bimbingan bahasa Arab ke masyarakat luas. "(Pusiba) terbuka kemungkinan kursus-kursus bahasa untuk tujuan lain," ujarnya.

Sejauh ini, Arifin menjelaskan, minat siswa untuk menempuh kuliah di al- Azhar Mesir cukup tinggi. Dalam tiga tahun terakhir telah ada sekitar sembilan ribu hingga 10 ribu siswa yang mendftar.  "Ini memerlukan kesiapan bahasa (Arab) agar mereka bisa mengikuti perkuliahan dengan baik," ujarnya.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement