Selasa 23 Jul 2019 17:16 WIB

Buku Moderasi Beragama akan Dipublikasikan September

Buku Moderasi Beragama telah melalui tahapan uji sahih.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Kepala Balai Litbang Jakarta, M Adlin Sila.
Foto: Republika/Fergi Nadira
Kepala Balai Litbang Jakarta, M Adlin Sila.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) sedang membuat buku Moderasi Beragama yang sudah dua kali diuji sahih. Buku yang akan menjadi acuan semua satuan kerja di Kemenag tersebut rencananya akan dipublikasikan awal September 2019.

Editor dan penulis buku Moderasi Beragama, Muhammad Adlin Sila, mengatakan pada uji sahih kedua nama buku disederhanakan menjadi buku Moderasi Beragama. Bahasa yang digunakan juga lebih disederhanakan lagi agar bisa dipahami masyarakat.  

Baca Juga

Kemudian, diksi-diksi yang terlalu menargetkan kelompok-kelompok tertentu dihindari. Artinya penulis harus memilih kalimat-kalimat yang lebih lembut. "Misalnya kata garis keras, diganti dengan kata eksklusif atau konservatif, kita ada target kelompok tertentu tapi dengan memilih kata yang lebih lembut dan lebih diterima seperti kata garis keras menjadi kata eksklusif," kata Adlin kepada Republika.co.id, Selasa (23/7).  

Pada uji sahih kedua, dia menjelaskan, hanya melakukan konfirmasi terkait masukan dari para pakar pada uji sahih pertama. Ada beberapa istilah agama-agama seperti Kong Hu Chu, Kristen, dan Hindu yang sudah diperbaiki berdasarkan masukan dari uji sahih pertama. Dalam uji sahih kedua istilah-istilah tersebut sudah disetujui oleh mereka, meskipun masih ada beberapa catatan. 

Sementara perwakilan agama Hindu meminta lebih banyak contoh praktik kerukunan yang ada di masyarakat Indonesia. Ada juga yang meminta memperbanyak contoh tokoh-tokoh pemersatu bangsa di masa sebelum kemerdekaan dan pada masa kemerdekaan.  

Menurut peneliti ahli utama Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan itu, kearifan lokal dari daerah-daerah yang menjunjung tinggi kerukunan dan persatuan juga diminta lebih ditonjolkan lagi. Seperti falsafah daerah Satu Tungku Tiga Batu dari Papua dan Pela Gandongdari Maluku. "Sudah ada (falsafah-falsafah seperti itu) tapi diminta lebih banyak lagi, sudah ada tapi belum terlalu banyak (dalam buku)," ujarnya.

Adlin menyampaikan, setelah uji sahih kedua, rencananya akan ada perbaikan yang dibahas oleh para penulis dan editor buku Moderasi Beragama. Buku setebal sekitar 170 halaman itu rencananya akan dipublikasikan pada Agustus atau awal September tahun ini. Buku tersebut juga rencananya akan dilengkapi dengan visualisasi.

Dia juga menjelaskan, buku Moderasi Beragama terdiri dari beberapa bab di antaranya prolog, kajian konseptual moderasi beragama, pengalaman empirik moderasi beragama, dan strategi penguatan serta implementasi moderasi beragama. Pada setiap bab diminta ada kesimpulannya atau inti sari dari ide-ide yang telah disampaikan. 

Terkait pengalaman empirik ormas-ormas Islam, para penulis mencontohkan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. "Kita menyebut beberapa ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, sebagai bagian dari pendiri bangsa, jauh sebelum kemerdekaan (mereka) ikut merumuskan Pancasila, dan menjadi role model moderasi beragama dalam bernegara," jelasnya.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement