REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pesantren At Taqwa Digitalpreneurship Aditya Muhammad Tarsidik mengungkap Pesantren At Taqwa Digitalpreneurship sudah berdiri sejak 2017. Namun hanya sekitar 20 santri saja yang bisa mondok di pesantren ini. Aditya mengatakan setiap tahunnya Pesantren akan menyeleksi santri yang akan belajar di Pesantren At Taqwa Digitalpreneurship.
Selain santri harus mempunyai bekal pengetahuan agama, pesantren juga memberikan syarat hafalan surat bagi calon santri. Santri yang mondok di Pesantren ini maksimal berusia 25 tahun. Selain itu, santri juga harus mempunyai bekal pengetahuan tentang penggunaan berbagai macam media sosial.
Meski demikian, santri yang mondok di pesantren At Taqwa Digitalpreneurship tak perlu mengeluarkan iuran bulanan. Sebab hingga tahun ini, pesantren yang mendapat dukungan dari Bank Indonesia Perwakilan Cirebon itu masih menggratiskan seluruh santri yang belajar di Pesantren At Taqwa Digitalpreneurship.
Hanya dalam jangka waktu enam bulan saja, santri Pesantren At Taqwa Digitalpreneurship ditargetkan sudah mampu berbisnis online. Sejak awal berdiri, Auditnya mengatakan pesantren At Taqwa Digitalpreneurship telah meluluskan sekitar 50 santri. Seluruh alumninya kini aktif menjadi wirausahawan digital dengan menjual berbagai produk di dunia maya.
“Belajar disini gratis asal lulus seleksinya, tapi memang rencana kedepannya ada iuran karena kami akan membuka asrama baru juga. Dan santri yang mondok juga harus membawa laptop karena agar bisa langsung praktik,” katanya.