Ummu Hakim pun menceritakan kemuliaan akhlak Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW, kata dia, adalah manusia pemberian maaf. Nabi SAW merupakan manusia berjiwa besar dan sangat pemaaf. Perjuangan Ummu Hakim untuk meluluhkan hati suaminya ternyata benar-benar berhasil.
Benih-benih keimanan yang ditaburkannya bersemi di hati Ikrimah. Pria yang memusihi dan memerangi Islam itu pun kembalu bersama istrinya ke Makkah. Keduanya lalu menghadap Rasulullah SAW. Ikrimah pun mengumumkan keislamannya di hadapan umat Islam dan Nabi SAW.
Di bawah bimbingan Rasulullah SAW, Ikrimah tumbuh menjadi Muslim yang taat dan beriman. Dadi kalbunya memancar keimanan yang tulus dan kecintaan yang murni. Ia berani memangkat senjata untuk bertempur di medan perang demi membela agama Allah SWT.
Obsesinya hanya satu. Syahid di jalan Allah. Dengan mencari ridha Allah SWT, Ikrimah gugur sebagai syahid di medan perang Yarmuk. Mendengar suaminya wafat, Ummu Hakim sedikit pun tidak bersedih hati. Ia senantiasa bersabar meskipun saudara, ayah, dan bahkan suaminya telah syahid di medan perang. Bahkan, Ummu Hakim pun sempat mengangkat senjata untuk melawan musuh-musuh Allah SWT. Semoga Allah menganugerahi putri-putri kita semangat keimanan seperti Ummu Hakim. N sumber /Nisa’ Haular Rasul War Radd ‘Ala Muftariyaat Al-Musytasyriqin,karya : Mahmud Mahdi al Istambuli, Muhammad Abu Nashr Ash Syalabi,