Senin 22 Jul 2019 12:03 WIB

'Sains Islam akan Kembali Jadi Rujukan Dunia'

Prof Alparslan Acikgenc dari Turki memaparkan tentang situasi sains Islam kini

Rep: Muhyiddin/ Red: Hasanul Rizqa
Direktur Pascasarjana Yildiz Technical University Turki, Prof Alparslan Acikgenc
Foto:

Apa saja karakteristik sains Islam saat ini?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat ke dalam sejarah keilmuan dalam peradaban Islam. Sekarang, pertama, ini sama dengan semua tradisi bahwa keilmuan yang setiap ilmuwan kembangkan memiliki bahasa masing-masing. Karakteristiknya yang pertama adalah bahasa keilmuan kita adalah Arab. Jadi artinya jika ingin sukses, maka ilmuwan harus belajar bahasa Arab.

Sebelum kita melanjutkan, mungkin ada baiknya saya harus menjelaskan suatu hal terlebih dahulu yang meskipun penemuan dalam sains secara universal tidak berubah dalam setiap masyarakat dengan masyarakat lainnya, tapi cara pengungkapan penemuan itu harus dipahami dan dilakukan dengan cara yang berbeda dalam tradisinya.

Sekarang ini, artinya sains sebenarnya memiliki karakteristik yang sama seperti dengan sains di dunia manapun, tidak ada bedanya dalam Islam atau Barat sekalipun. Tapi seperti yang sudah saya katakan, framework-nya berbeda. Karena itu, setiap ilmuwan memiliki karakteristik masing-masing.

Dan karakteristik dari sains Islam adalah Bahasa Arab. Itu terminologi yang hanya dimiliki kita. Misal kata mahiyah yang kita gunakan, itu tidak mungkin diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Mereka mengartikannya sebagai esensi. Itu tak salah dan secara metafisik benar, tapi saat kita menggunakannya dalam mahiyatul insan, human nature, maka di sana mahiyah diartikan sebagai nature (alam).

 

Padahal secara metafisika mereka mengartikannya sebagai esensi. Jadi lihat saja, itu tidak bisa diterjemahkan. Bisa saja dicarikan arti relatifnya yang bisa digunakan. Contoh lainya kata fitrah, juga tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Lagi-lagi diartikan sebagai nature (alam).

Atau, contoh lainnya, kata teologi tidak ada dalam tradisi sains Islam. Awalnya, orang Barat mengartikannya dari bahasa Yunani, theologia. Dalam bahasa Arab, tidak ada kata itu karena sulit diungkapkan. Akhirnya, Ibnu Sina bisa mengembangkan kata itu menjadi ilahiyah.

Jadi, dalam tradisinya sains Islam memiliki karakteristik tersendiri. Dan satu hal lagi, karakteristik sains Islam lahir dari Alquran dan Sunnah. Berbeda dengan orang-orang pada zaman ini tidak berpaku pada itu lagi. Mereka hanya berpikir secara matematis dengan mengesampingkan Alquran dan sunnah.

Pada awalnya orang-orang banyak belajar, karena Alquran juga mendorong manusia untuk mempelajarinya. Nabi kita membangun sekolah pertama di Madinah. Mengajarkan ilmu tradisional dan mengembangkannya.

Saat orang-orang belajar, mereka mendapat aktivitas keilmuan yang baru, hingga mencapai level tertentu, mmereka menciptakan aljabar, kimia, dan optik yang sebenarnya itu sudah ditemukan oleh umat Islam sejak lama. Namun, pada saat yang bersamaan, ada juga orang-orang Yunani yang juga memiliki kerja yang besar dalam sains. Akhirnya mereka juga mengambil dari keilmuan Yunani.

Jadi, ini karakter lain dari sains Islam yang juga lahir dari sumber luar. Tentu saja dalam perkembangannya cendekiawan Muslim mengembangkan banyak ketentuan teknikal yang menjadi sangat kaya dan dinamis sehingga menjadi tradisi keilmuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement