Senin 15 Jul 2019 20:55 WIB

Ujian Keikhlasan Melalui Kurban

Ibadah kurban melambangkan ujian keikhlasan

Hewan kurban (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Hewan kurban (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Kelana

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaanmulah yang dapat mencapainya" (QS Al Hajj: 37).

Baca Juga

Apa yang sebetulnya terjadi ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih putranya sendiri, Ismail, yang sangat disayanginya? Apakah mungkin Tuhan sekejam itu? Namun yang sangat menakjubkan adalah Ismail begitu pasrah dan ikhlas menghadapi perintah Allah SWT kepada ayahnya. Fenomena itu menjelaskan satu hal: keikhlasan menerima dan menjalankan perintah Allah SWT.

Ibrahim dan Ismail telah membuktikan keikhlasan tersebut, dan keduanya telah meraih ganjaran yang mulia. Sesaat mata pisau Ibrahim hampir menyentuh kulit Ismail, seketika itu Allah SWT mengirimkan domba sebagai ganti kurban tersebut. Ismail selamat, Ibrahim pun lulus ujian.

 

Ayah dan anak itu terpilih sebagai nabi-nabi yang memiliki kedudukan tinggi. Ujian keikhlasan itu pula yang Allah SWT berikan kepada umat Islam lewat Idul Adha (hari raya kurban). Allah berfirman, Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang melimpah. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah. (QS Al Kautsar: 1-2).

Dalam ayat yang lain, Allah menyatakan, Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) agar mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka. Tuhanmu adalah Tuhan Yang Mahaesa. Karena itu, berserah dirilah kamu kepada-Nya, dan berilah kabar gembira kepada orang yang tunduk patuh (kepada Allah). (QS Al Hajj: 34).

Mengenai keutamaan berkurban dijelaskan dalam sebuah hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim, sebagai berikut, "Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai oleh Allah dari Bani Adam ketika hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan itu akan datang pada hari kiamat (sebagai saksi) dengan tanduk, bulu, dan kakinya."

Di sisi lain, ada kelompok masyarakat yang hidup berkecukupan. Bahkan, mereka mempunyai kelebihan uang maupun bahan makanan. Mereka memiliki pendapatan yang melebihi keperluan, dan pasti bisa disisihkan sebagian. Terhadap merekalah, Allah mengirimkan perintah berkurban.

Walaupun berkurban ini hukumnya sunah muakkad (pekerjaan sunah yang sangat dianjurkan), kurban merupakan amalan utama yang biasa dilakukan oleh Nabi SAW, para sahabat, dan orang-orang saleh.

Syariat berkurban adalah ujian Allah terhadap keikhlasan hamba-hamba-Nya dalam menjalankan perintah. Mampukah sang hamba melawan hawa nafsu kekikiran dan ketamakan dalam dirinya? Dan, bisakah sang hamba mendidik dirinya untuk selalu mensyukuri karunia rezeki yang telah diterimanya? Itulah yang bernama takwa, dan ketakwaan itulah yang dapat membawa seorang hamba kepada keridhoan Allah SWT.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement