Jumat 21 Jun 2019 16:41 WIB

Menengok Tren Pengajian di Jakarta

Beragam bentuk pengajian kian bermunculan di Jakarta

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Hasanul Rizqa
Pengajian, ilustrasi
Foto: Republika
Pengajian, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejalan dengan tingkat religiositas warga Jakarta yang terus meningkat, beragam pengajian atau majelis taklim pun bermunculan di Jakarta. Di antaranya pengajian ibu-ibu Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT).

Ketua BKMT DKI Jakarta Nurfitria Farhana Chatib menuturkan, pengajian diadakan pekanan, bulanan hingga tahunan. Hal itu termasuk program lain seperti forum studi Islam, serta pembelajaran dan pelatihan keilmuan lain.

Baca Juga

"Jadi, kita ada pembelajaran lain selain ilmu agama. Mereka harus tahu itu, jadi enggak terpaku hanya pada ilmu agama. Misalnya di pengajian BKMT Tebet, seminggu full kajian dari sisi keagamaan lalu ada sisi keterampilan lain," jelasnya saat dihubungi Republika.

Kegiatan BKMT di Jakarta, tambah dia, sudah sangat banyak. Dia menjelaskan, BKMT telah hadir di setiap kecamatan dan wilayah.

 

"Jadi di Jakarta sendiri sudah sampai ribuan kegiatannya. Setiap Muharram kita juga adakan gebyar Muharram, lalu seluruh BKMT di wilayah DKI kumpul membuat acara besar," ujar Nurfitria.

Pengajian BKMT, kata dia, bisa diadakan di mana saja. Tidak hanya di masjid, tapi juga di gedung pertemuan, di rumah sang ustazah, di rumah pengurus, dan lainnya. "Untuk program forum studi Islam, kita akan panggil pengisi dari luar. Pembahasannya pun macam-macam bisa ekonomi atau politik, tergantung apa yang sedang booming. Ini diadakan sebulan sekali," tuturnya.

Beberapa tema yang sudah diangkat dalam forum studi Islam BMKT yakni terkait Pemilu dalam Islam lalu soal aliran-aliran di Islam. Nurfitria menegaskan, semua pengajian serta program studi BKMT terbuka untuk umum. Menurut dia, lingkup dakwah tidak boleh dipersempit.

Nurfitria melanjutkan, saat ini BKMT tengah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk membuat program Maghrib Mengaji. Tujuannya agar tercipta nuansa keagamaan.

"Dulu orang meyakini kalau Maghrib datang harus berada di rumah, tapi sekarang Maghrib pun orang masih saja berkeliaran," ujar dia.

Ia juga berharap kegiatan majelis taklim terus berkembang di Indonesia khususnya di Jakarta. "Alhamdulilah dengan gubernur Jakarta yang sekarang (Anies Baswedan) sangat peduli dengan keberadaan majelis taklim dan syiar-syiar Islam," kata Nurfitria.

Pendiri Komunitas Gerak Bareng Ahmad Zaki menilai, pemahaman seseorang terhadap agamanya sering kali berbanding lurus dengan tingkat kedermawanannya. Melihat tren hijrah yang tengah berkembang, menurutnya, kedermawanan masyarakat di Jakarta pun terus naik.

Zaki yang juga kerap mengadakan kajian keislaman di Garasi Hijrah mengungkapkan, mereka akan berusaha berbuat lebih baik sesuai pemahamannya. Dia memisalkan, yang sebelumnya pelit menjadi tidak pelit atau yang sebelumnya tidak paham soal zakat, setelah paham jadi senang berzakat.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement