Selasa 25 Jun 2019 08:02 WIB

Pahlawan dan Perjuangan dalam Islam

Cita-cita luhur perjuangan dalam Islam mesti dilandasi niat yang ikhlas

Shalat berjamaah (ilustrasi)
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Shalat berjamaah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhbib Abdul Wahab     

Jika disebut kata pahlawan, setidaknya asosiasi kita tertuju kepada dua hal: perjuangan dan pengorbanan. Dua kata ini memang sulit dipisahkan, karena setiap perjuangan pasti menuntut adanya pengorbanan.

Baca Juga

Akan tetapi, pengorbanan tidak mungkin terwujud jika tidak disertai keikhlasan. Jadi, pahlawan adalah orang yang ikhlas mengorbankan jiwa, raga, ilmu, dan hartanya demi meraih dan mewujudkan cita-cita perjuangan.

Perjuangan itu multidimensi. Ada perjuangan meraih kemerdekaan, perjuangan membela akidah (agama) Islam, perjuangan mencerdaskan anak-anak bangsa, hingga perjuangan membela kebenaran dan hak-hak asasi manusia dalam hidup berbangsa dan bertanah air. Semua ragam perjuangan itu mulia dan merupakan fitrah setiap manusia.

Dikisahkan, ada seseorang datang menemui Rasulullah SAW dan bertanya, ''Ya Rasul, tahukah engkau orang yang berperang untuk mencari pahala dan popularitas? Apa yang didapatkan oleh orang seperti itu?'' Rasul menjawab, ''Dia tidak mendapat apa-apa.'' Orang itu mengajukan pertanyaan yang sama hingga tiga kali dan Rasul pun memberi jawaban yang sama. Rasul lalu menegaskan, ''Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal (perjuangan), kecuali yang ikhlas dan semata-mata mengharap ridha-Nya.'' (HR Muslim).

Ranah kepahlawanan itu luas dan terbuka. Yang terpenting adalah pertama, menyucikan komitmen spiritual (niat) dalam melakukan segala aktivitas. Cita-cita luhur dan perbuatan harus berangkat dari panggilan iman yang direspons oleh hati yang tulus ikhlas untuk mewujudkan cita-cita mulia itu.

Kedua, tujuan utama dalam merealisasikan perjuangan adalah menjunjung tinggi kalimah (agama) Allah, bukan mencari popularitas dan ambisi duniawi. Perjuangan meraih cita-cita luhur itu bernilai heroik jika dikawal oleh semangat mahabbatullah (cinta Allah).

Cinta Allah--dan tentu saja cinta Rasul-Nya--merupakan sumber energi dan inspirasi yang tidak pernah padam. Pahlawan yang hakiki akan selalu berbuat yang terbaik dan paling dapat memberi manfaat bagi umat manusia karena cintanya yang tulus kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.

Ketiga, meraih dan membela kemuliaan diri dan agama merupakan visi pahlawan sejati. Ia mendedikasikan dan mengorbankan segala yang dimilikinya bukan untuk mewujudkan ambisi pribadi atau kepentingan duniawi. Pahlawan sejati tidak pernah takut jatuh miskin, tetapi selalu menunjukkan kekayaan hati dan keluhuran jiwa.

Agenda perjuangan adalah memberi dan memberi (give and give more), bukan meminta dan mengharap imbalan. Memberi yang terbaik adalah memberi keteladanan dengan akhlak mulia, bukan memberi materi. Karena, keteladanan yang baik itu abadi, sedangkan materi itu nisbi dan tidak abadi. Semoga kita bisa meneladani perjuangan para pahlawan kita.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement