Abu Muslim al-Khaulani tidak membelanjakan uang satu dirham itu melainkan menyedekahkannya kepada pengemis yang dia temui di jalan.
Dari situlah Allah memberikan kejernihan hatinya untuk selalu bersikap sabar dan dermawan. Siapa saja yang meminta tolong kepadanya selalu dia bantu tanpa padang bulu. Demikian jika Allah SWT telah rela kepada hamba-Nya selalu dimudahkan untuk berbuat baik.
Lanjut cerita, setelah menerima uang berikut tas untuk diisi tepung, Abu Muslim berangkat ke pasar. Ketika tiba di depan toko yang menjual tepung, Abu Muslim didatangi pengemis dan berkata:
"Wahai Abu Muslim, berikan sedekah kepadaku," kata pengemis itu menyebut namanya karena memang Abu Muslim sudah tenar di kalangan masyarakat Makkah.
Pengemis yang sudah mengenal Abu Muslim ini terus-menerus menarik tangan Abu Muslim dan akhirnya Abu Muslim memberikan uang satu dinar yang diberi istrinya untuk membeli tepung.
Tidak ingin mengecewakan sang istri, Abu Muslim mengisi kantong untuk tepung itu dengan serbuk kayu yang bercampur dengan pasir. Setelah sampai di rumah, tas yang berisi tanah itu dia letakkan di depan pintu dan Abu Muslim pun langsung pergi ke tempat ibadahnya sehari-hari.
Kebetulan ketika itu sudah masuk waktu Ashar. Sementara istrinya, Ummu Muslim, mengambil tas yang baru saja diletakkan suaminya dan segera mengolahnya karena setelah dibuka kantong itu berisi tepung.
Abu Muslim kaget ketika sepulang dari rumah bakda Maghrib melihat sudah ada roti terhidang di meja makannya. Merasa uangnya tidak dibelikan tepung, Abu Muslim bertanya, "Dari manakah engkau mendapatkan semua ini wahai Ummu Muslim?" ujarnya.
Dengan suara rendah hati, Ummu Muslim menjawab, "Dari tepung yang engkau bawa tadi wahai suamiku," katanya sambil memberikan roti yang telah dihidangkannya kepada suaminya. Sementara, suaminya menangis karena tak merasa memberikan tepung kepadanya.