Kamis 23 May 2019 15:34 WIB

Tentang Iman dalam Ajaran Islam (1)

Rukun Iman ada enam, berikut penjelasannya

Kumpulan kitab Islami dan kitab tafsir (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kumpulan kitab Islami dan kitab tafsir (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: ASM Romli

Beriman kepada Allah SWT artinya meyakini Dia sebagai Tuhan semesta alam, juga yakin akan kebenaran keberadaan para malaikat-Nya, wahyu-Nya (kitab-kitab Allah), para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir Allah SWT bagi setiap manusia. Dan pembenaran atas semua itu harus diikuti dengan tindakan nyata, sebagai pengamalan atas keimanan tersebut.

Baca Juga

Pengamalan keimanan kepada Allah harus diikuti dengan pembenaran atas semua firman-Nya, yang kini tertuang dalam Alquran, sekaligus mengamalkan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Minimal, seorang Mukmin harus membuktikan keimanannya dengan mengerjakan shalat lima waktu.

Dalam sebuah hadis disebutkan, pembeda antara seorang Mukmin dan kafir adalah shalat. Dari shalat, jika dikerjakan dengan khusyuk, maka akan tercipta kondisi diri yang benar-benar tunduk kepada Allah SWT.

Keimanan kepada para malaikat minimal dibuktikan dengan adanya kesadaran, bahwa di kiri-kanan kita selalu ada malaikat pencatat amal Rakib dan Atid. Kedua malaikat itu selalu mengawasi perilaku kita dan mencatatnya, untuk kemudian Allah SWT meminta pertanggungjawaban kita di akhirat kelak.

Dengan adanya kesadaran tersebut, maka perilaku kita akan terkendali. Hanya akan mengarah kepada hal-hal yang diwajibkan dan dibolehkan oleh ajaran Allah semata (syariat Islam).

Keimanan kepada kitabullah, minimal dengan melakukan pembenaran kepada Alquran, yang diikuti dengan pembacaan, penghayatan, dan pengamalan kandungan isinya.

Menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup wajib hukumnya bagi setiap Mukmin. Alquran merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al-Baqarah:2) dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan ini.

Keimanan kepada para utusan Allah, minimal dibuktikan dengan membenarkan kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW dan para nabi/rasul sebelumnya. Hal itu diikuti dengan menjalankan apa yang disampaikan atau didakwahkannya. Perilaku Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun persetujuannya, merupakan sunnah, sebagai teladan sekaligus pedoman perilaku bagi kaum Mukmin.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement