Rabu 22 May 2019 04:04 WIB

Matthieu Cioccocini: Islam Mengobati Kekosongan Hatiku

Baginya, islam adalah obat terbaik dan allah adalah dokter paling mengagumkan.

Mualaf

Ia tertarik dengan apa yang dijumpainya di masjid dan memutuskan untuk kembali datang keesokannya. Matthieu mulai tertarik untuk ikut melakukan shalat dan menanyakan banyak hal mengenai Islam kepada orang-orang yang dijumpainya di sana. Aku semakin terbawa dalam agama ini dan aku memutuskan untuk tidak berhenti mempelajarinya.

Matthieu tak hanya tertarik, namun juga terkesan dan kagum dengan persoalan agama yang tengah dipelajarinya. Mungkin saat itu aku tertarik karena tidak memahami apa pun (tentang agama) sebelumnya, katanya. Ia mengaku, kekagumannya kerap bercampur perasaan heran saat melihat Muslim melakukan amalan-amalan tertentu, seperti puasa.

Ia takjub pada bagaimana mereka mampu menahan diri dari lapar dan haus sepanjang hari hingga sebulan lamanya. Itu tidak biasa dan menakjubkan, katanya. Perasaan serupa dirasakannya saat mengamati berbagai hal tentang Muslim lainnya. Seperti Eid(hari raya), misalnya, sungguh mengesankan.

Aku sangat muda waktu itu, bahkan mungkin terlalu muda untuk mendalami Islam, ujar Matthieu. Dan, yang mengejutkan banyak orang setelah itu adalah bahwa keluarganya sama sekali tidak keberatan dengan kepindahannya ke Islam dan tetap memperlakukannya sebagai bagian dari mereka.

Mereka tidak ingin membuatku surut dan jatuh dengan menentang keputusan yang telah kubuat, mereka membantuku, kata pria yang sedang mendalami ad ministrasi bisnis di sebuah universitas di New Zealand itu.

Matthieu bersyukur, karena ia tahu mereka yang berpindah agama menjadi Muslim umumnya memiliki banyak permasalahan dengan keluarga mereka. Sedangkan, keluarganya justru membebaskan dirinya melakukan dan memutuskan apa pun yang ia inginkan. Satu waktu, Matthieu berbincang dengan kedua orang tuanya tentang Islam yang mantap dijadikannya pegangan hidup. Orang tuanya senang dengan apa yang dipilihnya dan berpesan agar ia hanya menghabiskan waktu di tempat yang aman, bukan di jalanan. Hebatnya, mereka berpikir bahwa masjid adalah tempat yang aman dan mereka merasa aman saat saya berada di masjid, katanya.

 

 

sumber : Oase Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement