Jumat 17 May 2019 19:22 WIB

Jalan Terjal Anak Punk Berhijrah dan Yakinkan Masyarakat

Meski sudah berhijrah, stigma negatif anak punk sangat kuat.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah anggota komunitas Punkajian melakukan persiapan sebelum membagikan makanan berbuka puasa untuk masyarakat di Bekasi, Jawa Barat, Ahad (12/5).
Foto: Fakhri Hermansyah
Sejumlah anggota komunitas Punkajian melakukan persiapan sebelum membagikan makanan berbuka puasa untuk masyarakat di Bekasi, Jawa Barat, Ahad (12/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Keberadaan anak-anak punk kerap dipandang negatif  masyarakat karena penampilannya berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Namun tidak bisa dimungkiri gerakan hijrah telah lama menyapa anak-anak punk dan kini mereka banyak yang telah bertaubat.

Meski banyak anak-anak punk yang telah bertaubat, belajar mengaji, dan menghapus tato, tetap saja stigma negatif masih melekat pada diri mereka. Karenanya, komunitas Punk Kajian Bekasi membuat gerakan sosial untuk menghapus stigma negatif yang melekat pada anak-anak punk.   

Baca Juga

Ketua Komunitas Punk Kajian Bekasi, Miki Abu Izam berpandangan, untuk mengajak anak-anak punk kembali ke jalan yang benar harus dengan cara merangkul. Menghakimi dan memandang negatif anak-anak punk bukan cara yang tepat untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. 

"Anak-anak punk butuh dirangkul, bukan dihakimi, sebab setelah dirangkul bisa menjadi baik sudah ada contohnya anak punk menjadi lebih baik setelah hijrah," kata Miki saat berbincang-bincang bersama Republika.co.id, Jumat (17/5).    

Sebagai upaya menghapus stigma negatif yang melekat pada anak-anak punk, komunitas Punk Kajian Bekasi melakukan kegiatan sosial selama Ramadhan. Mereka membagi-bagikan iftar di Jalan Ir H Juanda, Kota Bekasi.

Sasaran mereka pengendara dan ojek daring yang masih di jalan saat waktu berbuka puasa telah tiba. Mereka membutuhkan makanan untuk sekadar membatalkan puasa atau berbuka puasa. Banyak ojek daring yang senang dan merasa terbantu dengan iftar yang dibagikan anak-anak punk.

Namun, pada awalnya banyak pengendara yang menolak iftar pemberian anak-anak punk tersebut. Masih banyak pengendara yang tidak percaya dan berpikiran negatif terhadap kegiatan yang dilakukan anak-anak punk.  

"Awalnya saat bagi-bagi iftar pernah ditolak, dikiranya apa kita mau ngamen atau jualan, (karena ketidaktahuan) mereka pikirannya sudah negatif ke kami," ujarnya sambil tertawa mengingat pengalamannya ditolak saat membagikan iftar di jalan.

Miki menjelaskan, solidaritas sesama anak punk dari dulu sebelum hijrah sudah sangat kuat. Memang sudah dasarnya anak-anak punk memiliki rasa kesetiakawanan yang kuat.

photo
Anggota komunitas Punkajian membagikan makanan berbuka puasa untuk masyarakat di Bekasi, Jawa Barat, Ahad (12/5).ee

Setelah anak-anak punk mengenal Islam, mereka mengetahui ukhuwah Islamiyah dan prinsip tolong menolong di dalam ajaran Islam. Maka solidaritas mereka semakin kuat karena dasarnya sudah sangat kuat.

Miki dan teman-temannya di komunitas Punk Kajian Bekasi ingin menghilangkan stigma negatif yang melekat pada anak-anak punk melalui kegiatan-kegiatan sosial. "Dengan gerakan yang dilakukan Punk Kajian Bekasi bagi-bagi iftar untuk buka puasa ingin sedikit demi sedikit menghilangkan stigma negatif," kata dia. 

Dia menjelaskan, kegiatan bagi-bagi iftar selama Ramadhan merupakan kegiatan lanjutan dari Sebar Jumat. Yakni kegiatan membagi-bagikan makanan di masjid kepada jamaah shalat Jumat. 

Pada Ramadhan tahun ini, Komunitas Punk Kajian Bekasi akan membagikan iftar sekitar 150 paket makanan setiap harinya. Namun, jika pekan keempat di bulan Ramadhan kondisi jalanan sudah sepi, mereka akan membagikan makanan ke masjid-masjid yang menyelenggarakan itikaf. 

Komunitas Punk Kajian Bekasi sangat berharap berbagai kegiatan sosial yang dilakukan dapat tersampaikan pesannya dengan baik kepada publik. Sehingga publik tidak lagi mencap anak-anak punk dengan stigma yang negatif.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement