Kamis 11 Apr 2019 23:46 WIB

Gelar Khatam Festival, DMI Genjot Wisata Religi Masjid

Wisata reliji berbasis masjid adalah upaya untuk meningkatkan potensi masjid.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Masjid Sang Cipta Rasa atau yang dikenal juga Masjid Agung Kasepuhan di Cirebon, Jawa Barat.
Foto: Republika/WIhdan Hidayat
Masjid Sang Cipta Rasa atau yang dikenal juga Masjid Agung Kasepuhan di Cirebon, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesai (PP DMI) pada tahun pertama kepengurusan baru terus melakukan konsolidasi untuk mengembangkan wisata religi berbasis masjid. Di pertengahan hingga akhir kepengurusan DMI akan menggenjot program pengembangan wisata religi berbasis masjid. 

Plt Sekretaris Jenderal PP DMI, Arief Rosyid, mengatakan beberapa bulan yang lalu DMI meresmikan Wisata Religi Berbasis Masjid di Cirebon, Jawa Barat. Dalam waktu dekat, Insya Allah Ramadhan tahun ini akan kembali menjalankan program pengembangan wisata religi berbasis masjid.

Baca Juga

Dia menyampaikan, belum lama ini DMI dan Indonesian Islamic Youth Economic Forum (Isyef) bertemu membicarakan rencana membuat kegiatan khatam festival. 

"Jadi khatam festival akan berkeliling di sekitar 10 kabupaten kota di masjid-masjid besar, sekalian beberapa masjid yang kita sasar jadi wisata religi berbasis masjid akan dikunjungi," kata Arief kepada Republika.co.id, Kamis (11/4). 

 

Dia menjelaskan, Insya Allah masjid-masjid besar yang berpotensi menjadi wisata religi akan dikunjungi mulai Ramadhan nanti sebagai rangkaian acara khatam festival. 

Seperti Masjid Raya Baiturrahman di Aceh, Masjid Raya Sumatra Barat yang disebut Masjid Mahligai Minang di Padang, Masjid Raya Al-Fatah di Ambon, dan Masjid Imam Lapeo di Sulawesi Barat. 

Dia menyampaikan, masjid yang diresmikan menjadi wisata religi masih sebatas Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Cirebon. Sebab pada tahun pertama kepengurusan DMI masih melakukan konsolidasi. “Insya Allah di tengah periode sampai akhir, DMI akan terus menggenjot program Wisata Religi Berbasis Masjid,” kata dia.  

Arief menerangkan, kriteria masjid yang berpotensi menjadi wisata religi di antaranya masjid bersejarah atau masjid yang arsitekturnya menarik. Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim tentu harus memperhatikan potensi masjid. 

"Sehingga kita cari masjid yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi, masjid yang dianggap menjadi awal perkembangan Islam di daerah tersebut (untuk dikembangkan jadi wisata religi)," ujarnya.

Dalam mengembangkan program Wisata Religi Berbasis Masjid, diakui Arief, masih ada kendala. Salah satunya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang fungsi serta potensi masjid. Masih banyak masyarakat yang menganggap masjid hanya tempat ibadah.

DMI dalam hal ini berupaya mengubah persepsi masyarakat terhadap masjid. DMI menyampaikan bahwa masjid memiliki banyak fungsi dan potensi. Untuk memakmurkan dan dimakmurkan masjid, salah satu caranya bisa memanfaatkan nilai sejarah dan keunikan arsitektur masjid. 

"Jadi kesadaran masyarakat terus kita tingkatkan agar ada kepedulian terhadap masjid, kita masjid terus berkoordinasi juga dengan pemerintah pusat dan daerah agar potensi wisata halal meningkat," jelas Arief.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement