Senin 22 Apr 2019 18:00 WIB

Hati Membutuhkan Asupan Kabar Terverifikasi

Seiring berkembangnya teknologi, berbagai persoalan bermunculan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Teknologi Informasi (ilustrasi)
Foto:

Falsafah apa yang menjadi dasar fikih informasi?

Sebenarnya, di era virtual ini, kita telah me masuki revolusi industri 4.0 atau era dis rupsi. Saat ini, disadari atau tidak kita te lah berhadapan, bersama dan diliputi oleh kecanggihan teknologi dengan kemampuan olah data yang luar biasa maju.

Dengan kemajuan dan kecanggihan hasil teknologi itu, lalu lahir kecerdasan buatan atau artificial intelligenceberupa benda-benda virtual dan alat-alat canggih yang meringankan, membantu, bahkan menggantikan pekerjaan kita. Jika meresep si realitas virtual dengan segala kecanggihan yang dihasilkannya, tanpa sikap kri tis, kita akan terlena dan tercerabut da ri akar historis.

Kebiasaan kita mengakses ta yangan, berita, dan bacaan dari internet pas ti terekam oleh internet dalam sistem big data. Sehingga, pilihan dan ke senangan atas sesuatu di media sosial akan dipenuhi oleh internet dengan penawaran yang sesuai dengan kesukaan. Rumus pola algoritma sebenarnya menyandera kita dalam apa yang disebut filter bubble. Bahwa kita diselimuti oleh gelembung informasi yang itu-itu saja. Kita merasa paling benar, sebab informasi yang kita dapatkan sudah sesuai dengan kecenderungan kita.

Tapi, justru itulah, kita tak sadar ji ka sedang dipenjara dalam ruang gema atau echo chamberyang memang bertugas menyeleksi dan menjebak netizendalam preferensi ekstrem, seolah-olah semua berita yang dibaca adalah yang paling benar dan sudah me rasa kaya akan informasi dan pengetahuan. Padahal, sebetulnya itu tidak lain hanyalah saringan kecenderung annya sendiri dalam berselancar di dunia maya atau cyber space. Sehingga, tanpa sikap kritis, realitas itu akan membutakan hatinya dan me lahirkan prasangka buruk dan sikap benci terhadap orang lain yang tidak sama visi dan emosinya. Tidak heran jika kebohongan yang diyakini benar itu pada akhirnya benar-benar akan menjadi kebenaran. Kita sebenar nya telah masuk pada era pascakebenaran atau post truth, masa di mana tidak ada lagi kebenaran. Yang ada hanyalah perasaan benar atas keyakinannya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement