Senin 22 Apr 2019 18:00 WIB

Hati Membutuhkan Asupan Kabar Terverifikasi

Seiring berkembangnya teknologi, berbagai persoalan bermunculan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Teknologi Informasi (ilustrasi)
Foto:

Apa urgensi fikih informasi?

Seperti kita ketahui bahwa saat ini setiap orang telah terhubung dengan media sosial dan internet. Dengannya, mengalir de ras tsunami informasi. Ada berita yang be nar dan dusta. Ada kajian keislaman, politik, filsafat, sampai dengan selera kuliner lengkap dengan komentar netizen. Kita merasa berada dalam era big data. Revolusi informasi memiliki banyak manfaat kemudahan bagi kita untuk beraktivi tas, berselancar, dan berbagai kesenangan disuguhkan dan dimanjakan oleh dunia maya.

Namun, jangan lupa, realitas itu juga punya akibat yang lumayan kompleks, yaitu munculnya masalah baru bagi kehi dupan manusia di hampir semua ranah baik dimensi sosial, budaya, ekonomi, politik, dan agama sendiri. Oleh sebab itu, Islam mengajarkan pentingnya penyampaian informasi yang benar, pentingnya klarifikasi atau tabayun dalam menerima atau meneliti sua tu berita. Fikih informasi menjadi ke pedulian atas persoalan aktual bagi kepen tingan umat Islam.

Apa dampak perkembangan digital saat ini?

Realitas perkembangan informasi ini pelan, tapi pasti dapat membentuk budaya di gital-virtual yang beririsan dengan urusan kemanusiaan universal. Orang yang cakap dan menguasai informasi dapat mengubah big datamenjadi smart data.

Tetapi, tidak cukup sampai di situ, seeorang juga perlu melandasi aktivitas bermedia dengan moralitas atau akhlak yang baik, sehingga benar-benar mendapatkan kualitas informasi dan memilah informasi bermutu rendah yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. Kadang kala, sarat penyim pangan dan pendangkalan makna sebagai akibat dari proses transmisi yang bur uk, tanpa verifikasi, dan juga penyebaran info yang memang diniatkan untuk menebar fitnah.

Rasa ingin tahu kita jadi tak terbendung kapan saja dan di mana saja. Kebutuhan atas informasi sudah menjadi menu keseharian dan makanan rohani. Hati membutuhkan asupan kabar terverifikasi. Membiarkan informasi yang salah seperti memberi tempat bagi penyakit ganas untuk menggerogoti akal sehat dan akhlak kita karena itu akan sangat merusak.

Socrates, seorang filosof Yunani, mengajukan pertanyaan dialektik tentang tiga kategori, yaitu seputar kebaikan, kebenaran, dan nilai manfaat kebenaran. Kepada sahabatnya, ia bertanya, Apakah yang An da katakan itu benar, baik dan bermanfaat? Kata Socrates, Jika tidak, buat apa disampaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement