Sabtu 20 Apr 2019 06:06 WIB

Wudhu yang Menyelamatkan Kita

Makna wudhu secara spiritual juga amatlah membekas.

Wudhu
Foto:

Aduhai mulut dan rongga hidung. Betapa banyak dosa yang telah dihasilkan dari kedua organ yang menempel dengan tubuh kita ini. Betapa banyak kata tajam yang menyakiti hati saudara seiman.

Rasanya mudah sekali lisan ini mengucap sumpah serapah hanya karena anak kita berbuat kesalahan. Tak jarang mulut kita membentak orang tua yang sudah uzur saat kesadaran mereka seolah kembali seperti anak kecil. Lisan kita mungkin salah satu anggota tubuh yang amat banyak menghasilkan noda dan dosa.

Wudhu dengan cara berkumur adalah salah satu ikhtiar kita sebagai manusia untuk menginsafi. Bertapa mulut adalah anggota tubuh yang harus banyak dibersihkan. Jika kita menyadari sepenuh hati, semoga Allah SWT berkenan mengampuni dosa-dosa lisan lewat wudhu kita.

"Kemudian (tidaklah) ia membasuh mukanya sebagaimana yang Allah perintahkan, melainkan gugurlah dosa-dosa wajahnya melalui ujung-ujung janggutnya bersama tetesan air wudhu," demikian Nabi SAW bersabda.

Wajah kita adalah etalase. Semua mimik yang kita lakukan tercatat rapi dalam buku amal. Saat kita bermuka masam menghadapi seseorang, saat wajah menipu orang lain dalam tampilan yang mengesankan. Padahal, dalam hati tak demikian adanya. Sungguh apa yang wajah ini lakukan, Allah SWT tak akan lepas mengawasinya.

Di wajah kita terdapat sepasang mata. Mata adalah pintu masuk dari berbagai godaan-godaan. Mata kita mungkin banyak "menikmati" hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT. Mata kita mungkin melihat apa-apa yang seharusnya tidak kita lihat. Salah satu panah beracun yang berbahaya adalah pandangan yang tidak pada tempatnya.

Kita berharap, dengan basuhan yang amat kita sadari dalam wudhu itu, Allah SWT berkenan menghapus segala maksiat yang muncul dari wajah kita.

"Kemudian," lanjut Nabi SAW, "(tidaklah) ia membasuh kedua tangannya sampai ke siku, melainkan gugurlah dosa-dosa tangannya bersama air wudhu melalui jari-jari tangannya."

Kita yang paling paham seberapa banyak tangan kita berlumuran dosa. Di era media sosial dan gawai yang menyita banyak waktu kita, jemari kita memainkan peranan penting. Apakah kita menggunakannya untuk kesia-siaan atau sebuah kebermanfaatan? Kita yang paling tahu. Yang pasti Allah menyiapkan basuhan tangan dan jemari saat wudhu sebagai sarana penggugur dosa. Tinggal kita apakah bersungguh-sungguh ingin  dimaafkan dosa-dosa jemari kita atau hanya menggugurkan ritual wudhu yang kerap kita lakukan.

"Kemudian (tidaklah) ia mengusap kepalanya, melainkan gugur dosa-dasa kepalanya bersama air melalui ujung-ujung rambutnya, kemudian (tidaklah) ia membasuh kedua kakinya, melainkan gugur dosa-dosa kakinya bersama air melalui ujung-ujung jari kakinya," sabda Nabi SAW menutup penjelasannya.

Kepala adalah tempat kita berpikir, tempat lintasan pikiran dan niat muncul. Mungkin lisan kita selamat dari mencerca saudara dan sejawat. Namun, belum tentu lintasan pikiran kita selamat dari mencari-cari keburukan orang lain.

Kita juga amat perlu bertanya. Berapa langkah kaki yang kita lakukan setiap hari? Berapa yang melangkah ke tempat-tempat baik dan berapa langkah yang menuju tempat-tempat maksiat?

Wudhu, seperti sabda Nabi SAW, semoga bisa menggugurkan dosa-dosa anggota tubuh kita yang penuh dosa ini. Jika dalam sehari minimal kita melakukannya lima kali, tentu dengan kesadaran dosa kita yang amat menggunung ini, wudhu bisa menjadi ritual yang dilakukan jauh lebih banyak dari ritual wajib yang lima kali itu. n

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement