Rabu 10 Apr 2019 20:10 WIB

Tokoh Sufi Suriah: Tarekat itu Menyejukkan dan Mendamaikan

Tarekat merupakan upaya bersama mencari ketenangan batin.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Mufti Damaskus Suriah, Syekh Muhammad Adnan al-Afyuni
Foto: Jatman
Mufti Damaskus Suriah, Syekh Muhammad Adnan al-Afyuni

REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN – Tokoh sufi asal Damaskus Suriah, Syekh Muhammad Adnan al-Afyouni, mengatakan tarekat sufi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ajaran Islam. 

Tarekat menempati posisi ihsan (perbuatan baik) dan menjadi cermin sikap istiqamah sesuai ajaran Alquran dan sunah yang disepakati ulama dan para mujtahid. 

Baca Juga

"Tarekat sufi telah diwariskan dan bergulir dari satu generasi ke generasi selanjutnya, melalui para pewaris sejati yaitu para ulama yang mengembannya secara maksimal baik dalam pemahaman, rasa, perbuatan, dan otentisitasnya," kata dia. 

Para ulama tarekat tersebut, lanjut al-Afyouni, berasal dari golongan sufi yg menempuh satu-satunya jalan yang paling istimewa berupa rantai emas yang tersambung dari guru ke guru hingga berlabuh pada mahaguru, Baginda Rasulullah SAW. 

Dia menuturkan, tarekat-tarekat sufi telah tersebar luas di seluruh penjuru dunia. "Keberadaan tarekat ini penting untuk menjaga identitas keislaman, dakwah dan meniupkan ruh pada tubuh umat yang satu," kata pria yang menjabat Ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional Suriah 

Dia mengatakan, meski terdapat perbedaan negara dan kebangsaan, di antara para mursyid tarekat ada hubungan spiritual yang kuat, ikatan pemikiran yang erat, tak terpisahkan oleh jarak dan tempat tinggal yang berbeda serta negara yang berbeda. “Tarekat sufi merupakan spirit keislaman yang melampaui batas-batas dimensi jarak ruang dan waktu,” kata sosok yang juga menjabat ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional Suriah itu. 

Syekh Adnan menegaskan tarekat sufi berperan penting di era modern dan globalisasi seperti dicontohkan dalam pokok-pokok agama, menebar kedamaian di dunia, rasa aman di masyarakat, meredam ketegangan, dan menciptakan ketenangan dalam kondisi apapun. 

Menurut dia, para sufi juga mengajak berbagai tarekat untuk membangun komunitas dunia yang berlandaskan pada nilai-nilai akhlak mulia dan menciptakan kerukunan antar golongan. Ini tidak akan tercapai kecuali dengan menyatukan kekuatan tasawuf yang dimulai dengan strategi bersama yang efektif.

"Berdasarkan itu, banyak hati yang telah dipersatukan, dan niat telah sempurna guna mendirikan organisai internasional untuk menyatukan ahli-ahli tarekat dan aspirasinya, baik guru-guru maupun murid dari tarekat-tarekat tersebut," sebutnya.

Hal itu juga untuk mengoptimalisasi pemikiran, merevitalisasi ide-ide revolusioner yang dapat melahirkan rasa aman, dan membangun strategi untuk memgembangkan ajaran tasawuf. Ini supaya dapat membentuk peradaban dunia yang damai, umat manusia yang setara melalui sistem tarekat yang indah dan pertumbuhan yang konsisten.

"(Termasuk juga) penjagaan aset, kekayaan, dan program-program yang terukur, serta kesepakatan-kesepakatan yang akan mendatangkan kebaikan dan kerja sama organisasi," kata tokoh yang juga menjabat sebagai Mufti Agung Damaskus, Suriah ini.     

Konferensi Ulama Sufi Internasional menghasilkan banyak kesepakatan. Konferensi digelar di Pekalongan, Jawa Tengah, 8-10 April, dan dihadiri lebih dari 80 ulama sufi dari 37 lebih negara.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement