Senin 08 Apr 2019 05:05 WIB

Keberanian Menghadapi Tiran

Al-ansi menjadi tiran karena kembali kufur pascameninggalnya Rasulullah.

Takwa (ilustrasi).
Foto:

Aswad al-Ansi sudah gatal untuk menangkap Abu Muslim lalu menghukumnya sekeras mungkin. Agar orang lain yang akan menentangnya gentar dan dapat ditundukkan.

Maka, dia perintahkan prajuritnya mengumpulkan kayu bakar di lapangan Shan'a, lalu disulut dengan api. Orang-orang dipanggil untuk menyaksikan bagaimana seorang ahli fikih di Yaman dan ahli ibadahnya, Abu Muslim al-Khaulani, hendak "bertaubat" kepada Aswad dan mengimani kenabiannya.

Sampailah waktu yang telah direncanakan, Aswad al-Ansi memasuki lapangan yang telah dipadati manusia. Dia berjalan dengan kawalan ketat, kemudian duduk di atas kursi kebesaran di depan api yang menyala-nyala.

Sejurus kemudian, Abu Muslim al-Khaulani diseret ke tengah arena. Pendusta yang kejam itu memandang Abu Muslim dengan congkak, lalu berpaling ke arah api yang berkobar dan menjilat-jilat.

Aswad bertanya, "Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah?" Abu Muslim menjawab, "Benar, aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Dialah sayyidul mursalin dan penutup para Nabi."

Dahi Aswad al-Ansi menggerutu. Kedua alisnya bertaut pertanda marah. Ia kembali bertanya, "Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah rasul Allah?" Abu Muslim menjawab, "Telingaku tersumbat, tak bisa mendengar kata-katamu."

Aswad yang marah lalu mengatakan, akan mencampakkan Abu Muslim ke dalam api yang telah berkobar. "Bila engkau membakar aku dengan api dari kayu, engkau akan dibalas dengan api yang bahan bakarnya manusia dan batu-batu, di bawah penjagaan malaikat-malaikat yang perkasa, yang tidak menentang Allah SWT dan senantiasa mematuhi perintah yang diberikan kepada mereka," ujar Abu Muslim kepada Aswad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement