Jumat 05 Apr 2019 05:45 WIB

Jejak Islam di Bahrain

wilayah Bahrain sudah menjadi salah satu pusat perdagangan di dunia kuno

Sebuah masjid di Bahrain
Sebuah masjid di Bahrain

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Dari Amru bin Auf al-Anshari RA bahwa Rasulullah SAW mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian, Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah.

Mereka berkumpul untuk shalat Shubuh dengan Nabi SAW. Tatkala selesai dan hendak pergi, mereka mendatangi Rasul SAW. Beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda, “Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu?”

Baca Juga

Mereka menjawab, “Betul wahai Rasulullah.” Rasul SAW bersabda, “Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu, tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya, sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka.”

Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim di atas tercantum kata ‘Bahrain’. Berdasarkan catatan sejarah, wilayah Bahrain sudah menjadi salah satu pusat perdagangan di dunia kuno sekitar 3.000 tahun. Bahrain termasuk pada peradaban Dilmun yang ditemukan sejak Zaman Perunggu, yang bertahan dari satu bentuk peradaban ke bentuk lain selama hampir 2.000 tahun.

Dilmun berkembang menjadi pusat perdagangan dan komersial karena lokasinya yang strategis. Lokasi Dilmun menjadi penghubung utama rute perdagang an antara Mesopotamia (Irak selatan) dan Lembah Hindustan (kini India dan Pakisatan). Hal ini berarti Dilmun merupakan perantara perdagangan antara Mesopotamia dan India.

Dari abad ke-6 hingga ke-3 Sebelum Masehi (SM), Bahrain merupakan bagian dari Kerajaan Persia. Bahrain di bawah kekuasaan Yunani bernama Tylos karena di laut Bahrain tersimpan sangat banyak mutiara. Dari abad ke-3 SM hingga kedatangan Islam pada abad ke-7 Masehi, Bahrain dikontrol oleh dua dinasti Iran, yaitu Kerajaan Parthia dan Sassaniyah.

Pada tahun 130 M, Kerajaan Parthia mengambil kendali Teluk Persia dan melebarkan kekuasaannya hingga ke Oman. Untuk mengontrol rute perdagangan di Teluk Persia, pemerintahan Parthia membuat garnisun di sepanjang pantai selatan Teluk Persia. Pada abad ke-4 M, Sassaniyah berhasil menguasai Parthia dan memperluas daerah kekuasaan mereka hingga kedatangan Islam empat abad kemudian.

Pada abad ke-3 atau ke-4 M banyak penduduk Bahrain yang telah mengadopsi agama Kristen. Ketika Islam masuk pada abad ke-7 hingga awal abad ke-16, Bahrain menjadi salah satu daerah yang menganut agama Islam. Nabi Muhammad SAW memerintah Bahrain melalui wakilnya, Al-Ala’a Al-Hadhrami. Semasa Umar bin Khattab menjadi pendamping Rasulullah, Abu Hurairah merupakan gubernur Bahrain.

Pada 692 M, dibangun masjid pertama di Bahrain, yaitu Masjid Al-Khamis pada masa Khalifah Umar. Ekspansi Islam tidak memengaruhi perdagangan di Bahrain. Setelah Baghdad menjadi pusat peradaban Islam, Bahrain sangat diuntungkan dan permintaan barang-barang untuk ekspor pun meningkat. Ekspor dilakukan ke Cina atau Asia Selatan.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement