Senin 01 Apr 2019 19:59 WIB

Kemenag: Sistem Respons Konflik, Preventif dan Kuratif

Sistem ini akan merespons segala potensi konflik yang berbasis sosial dan keagamaan.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Hasanul Rizqa
Gedung Kemenag
Foto: dok. Republika
Gedung Kemenag

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) melalui Balai Litbang Agama Jakarta sedang menyusun sistem peringatan dan respons dini konflik keagamaan. Kepala Balai Litbang Agama Jakarta Nurudin mengungkapkan, sistem tersebut bertujuan untuk mendeteksi potensi konflik sebelum menyebar luas.

Selain itu, sistem ini bertujuan merespons segala potensi atau konflik yang berbasis sosial keagamaan yang telah terjadi. Sebab, lanjut dia, konflik seringkali baru disadari setelah mewujud kekerasan.

Baca Juga

"Sehingga, sistem ini bersifat preventif dan kuratif sekaligus," kata Nurudin melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Senin (1/4).

Dia menuturkan, Balai Litbang Agama Jakarta dalam dua tahun terakhir telah melakukan riset. Selain itu, pihaknya juga telah memiliki model aplikasi sistem tersebut, sehingga bisa digunakan di seluruh Indonesia oleh aparatur sipil lingkungan Kemenag. Lebih khusus lagi, para penyuluh agama yang jumlahnya sekira 50 ribu orang di tiap desa/kecamatan seluruh Indonesia.

Berbagai konflik keagamaan bisa saja terjadi dalam ranah penyiaran agama, pembangunan rumah ibadah, aliran sempalan, dan sebagainya. Ketika terjadi potensi konflik tersebut, Nurudin menjelaskan bahwa aparatur bisa menginformasikan melalui sistem/aplikasi.

Selanjutnya, notifikasi akan diterima mulai dari perangkat kementerian agama level Kantor Urusan Agama (KUA) hingga Menteri Agama sesuai dengan level atau kondisi konflik yang terjadi.

"Kita sedang melatih aparatur  melalui Diklat dan Bimbingan teknis terkait sistem ini," tambahnya.

Sebelumnya, Nurudin mengatakan bahwa konsep awal pembuatan sistem ini dirancang sejak pertengahan 2018. Penelitian tentang pola konflik keagamaan yang telah dilakukan Balai Litbang Agama Jakarta, menjadi dasar pembangunan sistem peringatan dan respons dini konflik keagamaan.

Kemudian ada inisiatif untuk membangun sistem yang dapat memfasilitasi diperolehnya informasi tentang kejadian atau peristiwa konflik dari sumber primer di lapangan, sebagai alternatif informasi yang disediakan media massa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement