Pada awal abad ke-19, istilah Islam dan Muslim menjadi lebih akrab dalam bahasa Eropa melalui karya Edward Lane. Namun di Selandia Baru, penggunaan umum istilah Islam baru menjadi lebih umum di tahun-tahun berikutnya.
Organisasi Muslim nasional Selandia Baru, Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru (FIANZ), menyebut tahun 1850-an sebagai awal permukiman keluarga imigran Muslim di negara itu, khususnya di Christchurch. The Lyttleton Times pada 13 Maret 1858 mencatat sebuah kasus di Mahkamah Agung di Lyttleton, sebuah kota kecil di pinggiran Christchurch, di mana dua saksi, Wuzeera dan istrinya Mindia dari India, disumpah dalam terjemahan bahasa Inggris dari Alquran.
Surat kabar itu sendiri menggunakan istilah Mahometan untuk memastikan identitas agama mereka. Dalam surat kabar itu dijelaskan bahwa Wuzeera bekerja untuk Wilson dari Cashmere (sebuah pinggiran kota Christchurch). Ia tiba di Selandia Baru pada 1854 dengan menggunakan sebuah kapal bernama Akbar. Wuzeera dan Mindia memiliki empat anak. Dua anak bungsu mereka lahir di Christchurch pada 1859 dan 1861.
Meningkatnya jumlah Muslim yang tiba di Selandia Baru terhadi selama awal abad ke-20. Sensus tahun 1901 menyebutkan adanya 41 Mahometan.
Sejarah berkelanjutan komunitas Muslim di Selandia Baru dapat ditelusuri kembali. Seperti dijelaskan oleh William Shepard, bahwa tiga pria Gujarat tiba di negara itu antara 1906 dan 1920.
Ketiga pria itu mendirikan sebuah toko kecil dan membawa anak-anak mereka dari India. Pada awal 1950an, anak-anak mereka juga membawa anggota keluarga mereka untuk menetap di Selandia Baru. Generasi selanjutnya lahir dan besar di negeri Kiwi dan sebagian besarnya menjadi pemimpin komunitas.