Senin 25 Mar 2019 23:13 WIB

Para Tokoh Perintis Studi Islam di Inggris (2-Habis)

Ada sedikitnya tiga nama besar yang merintis studi Islam di Inggris.

(Ilustrasi) HAR Gibb dan RO Winstedt
Foto: tangkapan layar wikipedia
(Ilustrasi) HAR Gibb dan RO Winstedt

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama dan karya HAR Gibb dikutip berulang kali dalam magnum opus Edward Said, Orientalism (1978). Gibb, meskipun berasal dari Skotlandia, lahir di Mesir pada 1895. Ia sempat kuliah di Universitas Edinburgh sebelum bergabung dengan pasukan Inggris di kancah perang dunia.

Usai pertempuran itu, dia mempelajari bahasa dan kebudayaan Arab di SOAS London. Pada 1930, ia berhak atas titel profesor dan sempat pula mengajar di kampus-kampus ternama, semisal Universitas Oxford dan Universitas Harvard. Di antara kiprah Gibb adalah sebagai penyunting Ensiklopedia Islam terbitan pertama (1938).

Baca Juga

Sebagai akademisi, dia tidak bertendensi "menara gading". Pergaulannya luas dan meliputi pula para tokoh akademisi Muslim. Beberapa sarjana menilai, pemikiran-pemikiran orientalis Gibb juga dipengaruhi perjumpaan-perjumpaan pribadinya dengan kawan-kawan "Timur".

Satu hal lain yang khas dari Gibb. Dia mengakui Islam sebagai faktor pemersatu di atas keanekaan masyarakat Muslim yang menghuni "Timur". Dengan begitu, sebut Gibb, Timur tidak dapat direduksi menjadi entitas yang tunggal atau digeneralisasi secara kaku.

Edward Said bahkan berpendapat, Gibb memiliki pandangan yang cenderung ramah dan simpatik terhadap toleransi Islam. Lebih lanjut, cukup banyak pernyataan Gibb yang mengkritik Westernisasi.

Meskipun begitu, di saat yang sama Gibb juga mengkritik umat Islam sebagai pihak yang ikut membuat Islam tampak keropos. Dia melihat adanya jurang antara Islam di satu sisi dan daya tarik agama ini terhadap kecerdasan para penganutnya di sisi lain.

 

RO Winstedt

Bagi pengkaji filologi Indonesia, nama RO Winstedt cukup dikenal. Pria kelahiran Oxford tahun 1878 ini menekuni teks-teks Melayu. Karya-karyanya tersimpan baik di arsip SOAS London.

Di antara warisan intelektualnya adalah buku A History of Malaya dan A Dictionary of Malay Language. Dia disebut-sebut sebagai akademisi Inggris pertama yang mengumpulkan secara sistematis teks-teks klasik berbahasa Melayu untuk tujuan riset. Dia berkontribusi besar untuk memantapkan pendekatan ilmiah dalam menulis sejarah Melayu. Sepanjang kariernya, dia sempat juga bekerja pada administrasi Inggris Raya di Malaya (Malaysia dan Singapura kini).

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement