Senin 25 Mar 2019 15:46 WIB

Keresahan Muslim Inggris Pasca-Serangan 5 Masjid Birmingham

Komunitas Muslim di Inggris dan negara lain berada dalam kondisi siaga.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nashih Nashrullah
Kaca jendela masjid di Birmingham Inggris diserang dengan palu
Foto: BBC
Kaca jendela masjid di Birmingham Inggris diserang dengan palu

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER — Islamofobia dan xenobia tengah menghantui sejumlah negara Barat. Tragedi penembakan di Selandia Baru dan serangan di Birmingham, Inggris merupakan indikator kuat ancaman bahaya terhadap umat Islam.   

Serangan Islamofobia paling baru terjadi di Birmingham, Inggris, pada Kamis (21/3) dinihari. Pada saat mencekam itu, lima masjid dirusak orang tak dikenal. Orang-orang itu diduga merusak masjid menggunakan palu. 

Baca Juga

Rentetan vandalisme ini, terjadi hanya beberapa hari setelah tragedi Selandia baru. 

Sejak kejadian itu, memang menempatkan komunitas Muslim di Inggris dan di seluruh dunia dalam siaga tinggi, karena kekhawatiran atas keselamatan komunitas mereka. 

 

Yang lebih mengkhawatirkan, serangan terhadap masjid itu dilakukan saat Inggris sedang meningkatkan keamanan mereka di posisi paling siaga. Terkait kewaspadaan ini, Aljazeera mewawancarai beberapa anggota komunitas Muslim Inggris.

Warga Birmingham, Abdullah Saif (33), mengungkapkan betapa buruknya serangan terhadap lima masjid yang dia duga sebagai kelanjutan dari insiden di Selandia Baru. 

Meskipun banyak kejadian yang lebih buruk, tapi dengan kejadian di Selandia Baru ini sudah cukup membuat kekhawatiran masyarakat dunia dalam tingkatan paling tinggi.  

“Setiap orang dari kita yang pergi ke masjid, selalu membayangkan diri mereka berada di masjid Selandia Baru, seolah merasa ikut berada dalam masjid itu. Dan sekarang dengan adanya orang tak dikenal yang berkeliling Birmingham untuk menghancurkan masjid, membuat itu terasa sedikit lebih mendekatkan kejadian di Selandia Baru,” kata Abdullah seperti dilansir dari Aljazeera.

Umat Islam yang melaksanakan shalat berjamaah di seluruh masjid Birmingham, kini selalu membicarakan bagaimana meningkatkan pengamanan. 

“Apalagi sejak insiden perusakan masjid, beberapa masjid di Birmingham telah meningkatkan keamanan mereka dan membicarakan strategi tindakan yang dilakukan jika sewaktu-waktu terjadi serangan,” ujar Abdullah. 

Komisioner Manchester Islamic Education, Nasar Mahmood (68), mengungkapkan saat ini ada kekhawatiran besar dari orang tua, terhadap keamanan anak-anak mereka di sekolah. 

Mereka ingin memastikan Manchester Islamic Education memiliki langkah-langkah, untuk menghindari terjadinya hal serupa seperti di Selandia Baru. 

photo
Islamofobia

“Kami sejak saat itu meningkatkan keamanan dan CCTV di tempat kami, serta sedang mencari langkah-langkah perlindungan lain dari kepolisian. Kami ingin memastikan keselamatan dan keamanan semua orang,” jelas Nasar. 

Manager Muslim Engagement and Development (MEND) wilayah Mindlands, Birmingham, Azhar Qayyum (41), menceritakan bagaimana umat Islam semakin yakin bahwa Islamofobia ini masih ada dan berkembang. 

Umat Islam juga mulai bertanya-tanya darimana Islamofobia berasal, dan seperti apa narasi yang dilontarkan terkait anti-Muslim.  

“Insiden seperti itu tidak akan hilang sampai masalah ini diatasi,” kata Azhar.  

Islamofobia sosial yang lebih luas, dapat menjadikan umat Islam sebagai target utama kebencian bagi mereka yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. 

Pemerintah Inggris sendiri telah membuat beberapa komitmen untuk meningkatkan pendanaan, walaupun ini tidak sebanding dengan risiko yang dirasakan umat Islam.

Apalagi Ramadhan sudah semakin dekat, umat Islam pasti akan banyak mengunjungi masjid, dan dalam intensitas yang cukup sering.

Dana untuk pengamanan perlu ditingkatkan, harus segera tersedia dan harus lebih mudah diakses, agar masjid dan pusat komunitas Islam lainnya bisa mendaftarkan diri sebagai masjid yang diberikan pengamanan.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement