Rabu 20 Mar 2019 16:00 WIB

Kisah Sahabat yang Pahlawan Uhud, Abdullah Bin Amr (3)

Abdullah bin Amr sempat berkonfrontasi dengan pemimpin kaum munafik di Madinah.

Ilustrasi Sahabat Rasul
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Sahabat Rasul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah Perang Badar, tidak ada satu pun jihad yang di dalamnya Abdullah bin Amr bin Haram absen. Maka, Perang Uhud menjadi puncak sekaligus ujung dari perjuangannya itu.

Sebelum pecah Perang Uhud, kondisi kaum Muslim di Madinah cukup dinamis. Tambahan pula, upaya-upaya adu domba dari kelompok munafik tidak kunjung berhenti.

Baca Juga

Di hari-hari menjelang Perang Uhud, Abdullah bin Ubay mewanti-wanti orang-orang Madinah agar tetap tinggal di rumah masing-masing. Pemimpin kaum munafik ini menuding Perang Uhud, bilapun terjadi, hanya melibatkan kaum muhajirin dan musyrik Quraisy sehingga sah-sah saja orang asli Madinah tidak menyertai. Abdullah bin Amr bin Haram geram dengan seruan sesat Abdullah bin Ubay itu.

“Aku mengingatkan kalian akan Allah, agama, dan Nabi kalian, serta apa-apa yang telah kalian setujui, bahwa kalian melindunginya (Nabi Muhammad SAW) seperti kalian melindungi diri, anak-anak, dan istri-istri kalian sendiri,” seru Abdullah bin Amr bin Haram kepada penduduk Madinah.

Abdullah bin Ubay kemudian membalasnya, “Aku melihat tidak akan ada perang di antara mereka. Bila kamu mematuhiku, wahai Abu Jabir, maka pulanglah. Karena, orang-orang yang berakal dan memahami, telah pulang.”

Saat itu, kubu Abdullah bin Ubay sudah memperdaya hampir sepertiga pasukan Muslim yang telah bersiap-siap ke medan Uhud sehingga memilih tinggal di Madinah. Karena itu, Abu Jabir alias Abdullah bin Amr memperingatkan mereka dan sang munafikun itu sendiri, “Wahai musuh-musuh Allah! Semoga Allah menjauhkan kalian! Allah akan mencukupkan Nabi-Nya sehingga dia tidak membutuhkan kalian.”

Ternyata, peristiwa itu menjadi latar turunnya wahyu Allah, surat Ali Imran ayat 67. Di sana ditegaskan, Allah mengetahui siapa saja orang munafik. “Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan.

Mereka mengatakan dengan mulut-mulut mereka apa yang tidak terkandung dalam hati mereka. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan,” demikian kutipan terjemahan akhir ayat tersebut.

Dalam Perang Uhud, Abdullah bin Amr bin Haram sempat berhadapan dengan salah seorang jago kaum musyrik, Sufyan bin Abdu Syams as-Sulami. Pedang Sufyan mengenai wajah Abdullah bin Amr dan menyebabkan luka yang cukup parah.

Abdullah berupaya menahan rasa sakit selama mungkin tetapi akhirnya tubuhnya rubuh. Musuh Allah itu segera mengayunkan pedangnya hingga menyebabkan ajal menjemput sahabat Rasulullah SAW itu. Sejarah mencatat, Abdullah bin Amr bin Haram merupakan syuhada pertama di Perang Uhud.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement