Kamis 28 Feb 2019 17:57 WIB

Kisah Kakek Anies Baswedan, Lolos dari 'Kepungan' Belanda

AR Baswedan melewati pemeriksaan aparat Belanda untuk sampaikan surat ke Bung Karno.

(ilustrasi) AR Baswedan

Setibanya di Bandara Kemayoran, Jakarta, kesulitan lain menghadang AR Baswedan. Penjagaan aparat polisi militer Belanda begitu ketat.

Menghadapi semua itu, AR Baswedan terus memanjatkan doa dan zikir di dalam hati. Dia mengharap pertolongan dari Allah SWT.

Satu ilham kemudian datang ke dalam benaknya. Dia lalu menyembunyikan naskah yang memuat pengakuan Mesir atas eksistensi RI itu ke dalam sepatunya. Saat melewati lorong pemeriksaan, tangan kanan Baswedan menggenggam tasbih, sedangkan tangan kirinya menenteng tas (aktentas) tuanya.

“Entah bagaimana, aktentas begitu juga koper saya, lolos dari pemeriksaan. Petugas itu sedang seperti buta ketika saya lewat di depannya. Koper dan aktentas langsung saya sambar, untuk kemudian bergegas mencari taksi menuju kediaman Perdana Menteri Amir Syarifuddin,” ungkapnya.

Pada 19 Juli 1947, dengan didampingi Amir Syarifuddin, dia pun menemui Bung Karno di Yogtakarta. Tuntaslah dengan selamat tugas penting yang telah diamanatkan kepadanya.

Sementara, pada bulan yang sama Belanda melancarkan agresi militer yang pertama. Hingga tahun 1949, Belanda memang cukup keras menggempur Indonesia, baik di ranah fisik maupun diplomasi. Kerja keras dari para pahlawan, termasuk AR Baswedan berbuah manis.

Pada 27 Desember 1949, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia. Beberapa waktu kemudian, AR Baswedan masih melanjutkan kiprahnya di pentas nasional.

Sebagai politikus dari Partai Masyumi, pada masa ini hingga runtuhnya Orde Lama dia banyak berkontribusi dalam perpolitikan di Tanah Air, termasuk dalam konteks meredam pengaruh komunisme.

photo
Penganugerahan Pahlawan Nasional. Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla memberikan ucapan selamat kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) usai upacara penganugerahan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (8/11).

Abdurrahman Baswedan (1908-1986) dianugerahi gelar pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden Nomor 123/TK Tahun 2018. Pejuang yang lahir di Kampung Ampel, Surabaya, Jawa Timur, itu memiliki nama lengkap Abdurrahman Awad Baswedan.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement