Senin 25 Feb 2019 23:00 WIB

Aktivitas Sekolah Bantu Siswa Sembuh dari Trauma

Tiga hari pascabencana anak-anak sudah mau kembali belajar

Arif Haryono, General Manager Pendidikan Dompet Dhuafa
Foto: Dok Dompet Dhuafa Pendidikan
Arif Haryono, General Manager Pendidikan Dompet Dhuafa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecepatan siswa kembali sekolah pascabencana tidak dimbangi kesiapan fasilitas dan pengajar. Hal itu diungkap Arif Haryono, General Manager Pendidikan Dompet Dhuafa menyampaikan pernyataan tersebut saat ia didapuk menjadi salah satu narasumber pada acara Ngobrol Pendidikan Indonesia (NGOPI), Jumat malam (22/2) kemarin.

Pernyataan Arif di atas merupakan kesimpulan dari aktivitas tanggap darurat dan recovery yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa di banyak lokasi bencana.

“Saya ingin bicara kasus bencana di Lombok, lalu dilanjutkan Palu, hingga Lampung. Kami menurunkan 17 relawan guru yang kami tempatkan di 11 sekolah selama 6 bulan. Kemudian kami mendapati data yang cukup menarik. Selama 5 bulan pasca bencana, tingkat kehadiran guru dalam sepekan hanya 24%, sedangkan 76% lainnya absen,” papar Arif dalam siaran pers yang diterima, Senin (25/2).

Selanjutnya Arif menjelaskan dengan menyebutkan contoh kasus di Lombok, guru tidak hadir dengan berbagai alasan seperti memperbaiki tempat tinggal, mengurus keluarga, izin sakit dan masih merasa takut untuk mengajar di sekolahnya.

 

“Guru-Guru masih tidak stabil. Mereka masih merasa tidak berenergi, bahkan setelah 6 bulan pascabencana,”sambung alumni UNPAD itu. 

Kondisi tersebut berkebalikan dengan siswa. Meski mengalami trauma bencana, namun semangat mereka untuk kembali ke sekolah lebih cepat pulih.

“Tiga hari pascabencana anak-anak sudah mau kembali belajar, tetapi kecepatan mereka tidak ditopang dengan kesigapan kita dalam menyediakan tempat dan guru pengajar,” ungkap Arif.

Hal ini menjadi sebuah kondisi yang ironis, padahal aktivitas sekolah dapat membantu anak-anak untuk sembuh dari trauma mereka.

Selain Arif, pada acara berformat talkshow dan diskusi ini juga hadir Peneliti Geofisika Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Nugroho Dwi Hananto, sebagai perwakilan dari unsur pemerintah. Sedangkan dari unsur masyarakat, di samping Dompet Dhuafa juga hadir Koordinator Advokasi dan Akuntabilitas serta Pengembangan Kapasitas, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), Iskandar Leman.

Ketiga pembicara tersebut menyampaikan pengantar diskusi sesuai kepakaran mereka masing-masing dalam konteks bencana. Paparan tersebut diharapkan dapat menghantar diskusi mengarah pada tujuannya, yaitu merancang model pendidikan di wilayah bencana, mulai dari respon tanggap darurat, recovery dan mitigasi bencana sejak dini. Diskusi ini juga bertujuan untuk mengadvokasi konsep pendidikan di wilayah bencana agar dapat masuk dalam kurikulum pendidikan nasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement