Jumat 18 Jan 2019 05:35 WIB

Agar tak Memperolok Orang Lain

Ada kesombongan dan penghinaan dalam sikap memperolok orang lain.

Rep: Yusuf Asshidiq/ Red: Agung Sasongko
Takwa (ilustrasi).
Foto:

Sering kali juga lidah tak terkendali dan terlontar celaan. Saat seseorang mencela orang lain, diibaratkan menghujamkan pedang ke tubuh orang yang dicelanya itu. Tapi, tikaman itu lebih menyakitkan daripada pedang sesungguhnya. Al-Qaradhawi menuturkan, tikaman melalui ketajaman lidah menorehkan luka yang begitu dalam.

Lebih jauh al-Qaradhawi mengatakan, yang masuk dalam kategori ini adalah menyematkan gelar atau panggilan tak baik pada orang lain. Dipanggilnya orang lain dengan gelar yang tak menyenangkan dan menjengkelkan. Jika dibiarkan, hal ini akan melahirkan permusuhan dan perpecahan.

Imam al-Ghazali menuturkan, saling mencintai disyariatkan dan merupakan dorongan agama. Maka, Muslim diminta untuk saling membimbing dan mencintai satu sama lainnya. Salah satu bentuknya adalah memanggil seseorang dengan nama kesayangannya, bukan gelar tak terhormat, baik saat hadir maupun tidak.

Pada sebuah kesempatan, Umar mengatakan ada tiga jalan yang bisa dilakukan seorang Muslim untuk menunjukkan cinta persaudaraan yang tulus. Berilah sambutan hangat saat bertemu, membuatnya merasa senang, dan panggillah dengan nama kesayangannya. Sebut juga, jelas al-Ghazali, sifat-sifat baiknya.

Semua itu, tentu saja dilakukan tanpa menyertakan kebohongan di dalamnya. Dalam bukunya, Terampil Bersahabat dengan Siapa Saja, al-Ghazali mendorong agar Muslim membela saudaranya saat ada orang lain yang memperolok, menghina, atau mencelanya baik secara terang-terangan maupun dalam bentuk sindiran.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement