Rabu 16 Jan 2019 12:29 WIB

Al-Anwar Lampung, Berdiri Sebelum Induk Krakatau Meletus

Selain sebagai pusat dakwah penyebaran Islam, masjid ini juga markas para pejuang.

Masjid Jami' Al Anwar, salah satu masjd tertua di Kota Bandar Lampung.
Foto: Antara/Ardiansyah
Umat muslim Kota Bandar Lampung berzikir dan berdoa bersama di Tugu Adipura Bandar Lampung, Lampung , Senin (31/12/2018).

Dalam buku berjudul "Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia" karya Abdul Baqir Zein pada 1999, keenam tiang masjid yang dibangun pada 1888 dibuat bukan menggunakan semen, melainkan campuran telur ayam dan kapur.

Setelah itu, masjid tersebut dinamakan Masjid al-Anwar yang artinya bercahaya. Nama tersebut diharapkan menjadi sumber cahaya kehidupan yang dapat menerangi umat. Nama masjid itulah yang dipakai sampai sekarang.

Meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi, ada beberapa hal yang tetap dipertahankan di masjid tersebut, seperti meriam peninggalan Belanda di depan masjid, beduk hadiah dari Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) 1988 hasil dari MTQ Nasional di Way Halim, Bandarlampung

yang tetap disimpan sampai sekarang, serta kitab-kitab peninggalan sejak dahulu dari berbagai bahasa yang disimpan di perpustakaan masjid.

"Meriam dulu digunakan buat peringatan buka puasa. Kalau sekarang hanya dibuat pajangan,” kata dia. 

Masjid Jami al-Anwar bukan hanya menjadi masjid tertua di Lampung dan tempat bagi masyarakat untuk belajar mengaji sejak zaman dahulu, melainkan juga menjadi markas para pejuang kemerdekaan di Lampung.

Masjid ini selalu menjadi tempat para pejuang kemerdekaan bersama dengan para ulama mengatur strategi perjuangan seusai shalat dan mengaji.

Dalam buku "Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia", para tokoh dan ulama yang terlibat dalam membentuk strategi perjuangan, di antaranya Haji Alamsyah Ratu Prawiranegara (mantan menteri agama RI), Kapten Subroto, KH Nawawi, dan KH Thoha.

Dalam buku tersebut juga dikatakan bahwa masyarakat bahu membahu dalam mempertahankan Bumi Lampung, Sang Bumi Ruwa Jurai itu dari penjajahan Belanda hingga Indonesia merdeka.

Masjid Jami al-Anwar juga sering dijadikan tempat singgah dan menginap para peziarah dari luar pulau, terutama Pulau Jawa, di Lampung.

"Bahkan, mereka kalau sehabis berziarah biasanya menginapnya di sini. Mungkin karena masjid ini masjid yang sudah ada lama, jadi orang-orang di Pulau Jawa yang suka berziarah turun temurun tahu masjid ini, jadi kalau sehabis berziarah, ya ke sini," ujarnya.

Sumanta selaku pengurus masjid berusia sekitar 180-an tahun itu, mengharapkan halaman depan masjid dibuat beraspal semua, supaya tampak lebih rapi dan bersih.

Selain itu, beberapa pintu mungkin bisa ditutup agar anak-anak yang bermain tidak bolak-balik di masjid agar masjid terlihat lebih suci dan terjaga ketertiban serta keadaban. Umat juga bisa lebih khusyuk saat beribadah di masjid itu. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement