Ahad 06 Jan 2019 20:41 WIB

Mumpung Masih Diberi Waktu

Betapa banyak kita melakukan dosa dan khilaf.

ilustrasi merenungi waktu dan dosa
Foto:

Demi waktu, di mana manusia mencapai hasil setelah ia memeras tenaganya, sesungguhnya ia merugi apa pun hasil yang dicapainya itu. Kecuali jika ia beriman dan beramal saleh. Kerugian tersebut mungkin tidak akan dirasakan pada waktu dini, tetapi pasti akan disadarinya pada waktu Ashar kehidupannya menjelang matahari hayatnya terbenam.

"Itulah agaknya rahasia mengapa Tuhan memilih kata Ashr untuk menunjuk kepada waktu secara umum," kata Quraish dalam Tafsir al-Mishbah.

Waktu adalah modal utama manusia. Jika tidak diisi dengan kegiatan positif dan produktif, dia akan berlalu begitu saja. Dia hanya datang satu kali tidak dapat diulang. Tidak juga bisa dimajukan. Apabila datang saatnya, manusia tidak bisa menghindar. "Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu maka apabila telah datang waktunya me reka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat memajukannya." (QS al- Araf:34).

Waktu juga membuat kita tidak akan pernah bisa merasakan kembali apa yang sudah terjadi untuk kedua kali. Dia hanya datang pada tahun itu, pada bulan itu, pada hari-hari itu. Tidak akan bisa kita kembali bermuhasabah dengan muha sabah yang kita lakukan pada hari itu. Dengan sujud yang sama, linangan air mata yang sama, atau doa qunut yang sa ma. Sesal kita tinggallah sesal saat ibadah pada tahun lalu tak juga maksimal.

Betapa banyak kita melakukan dosa dan khilaf. Maksiat masih masuk ke dalam rumah dan terjaja di jalan-jalan Ibu Kota yang macet. Di sisi lain, kita menyaksikan jika bencana sedang mendekat. Lombok, Poso, Banten, Lampung, Sukabumi, sudah menyaksikan betapa dahsyat kuasa Allah atas alam raya. Lantas dimanakah kita? Kita tahu jika Dia berfirman, "… Tidak ada selembar daun yang jatuh melain kan Dia mengetahuinya …" (QS al-An'am: 59).

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement