Kamis 04 Oct 2018 05:01 WIB

Markonah, Ponari, Ratna Sarumpaet: Mati Ketawa Ala Indonesia

Kisah histeria masa dan kebohongan sepanjang zaman dan rezim.

Komedian legendaris Charlie Chaplin
Foto:
Sukarno, Suharto, dan Nasution berbincang dan bercanda

Lalu bagaimana pada zaman berikutnya? Ya ternyata kisah serupa tetap terjadi. Baik itu merupakan kisah serius yang melibatkan elit hingga fenomena 'kegilaan sosial' rakyat biasa.

Pada fenomena yang serius, semua masih ingat kasus tambang emas Busang di Kalimantan atau Skandal Bre-X. Kisah ini terjadi di tahun 1993, saat seorang geolog asal Filipina, Michael de Guzman, mengklaim telah menjelajahi sejumlah hutan di pedalaman Kalimantan dan menemukan jutaan ton cadangan emas yang siap  eksplorasi.

Dan untuk menyakinnya, selama tiga tahun setelah klaim itu, Guzman memproduksi ribuan sampel emas. Omongan dia menarik para investor untuk menanamkan duitnya di perusahaan tambang Kanada tempatnya bekerja yang disebut Bre-X Minerals. Alhasil saham perusahaan ini harnya melonjak tajam.

Tapi gorengan Guzman kemudian terbuka. Ternyata kemudian omongan dia tak terbukti dan hanya klaim sepihak. Padahal koran-koran sudah keburu ramai memberitakannya. Guzman ternyata penipu dan kemudian bunuh diri. Lahan emas ternyata cuma isapan jempol.Republika yang kala itu baru terbit sempat menulis tajuk: Ada Udang di Balik Busang.

Pada masa pemerintahan berikutnya pun sama. Ada skandal Suwondo yang tukang pijat tiba-tiba namnya disebut terkait kasus bantuan Sultan Brunei. Rumitnya lagi media pun sempat memperbincangkannya secara luas karena menyangkut dengan kekuasaan, yakni posisi Presiden Abdurrahman Wahid. Jurnalis yang saat itu meliput di Polda Metro Jaya pasti melihat seperti apa sosok bongkahan duit yang menjadi barang bukti kasus Suwondo di gelar oleh kepolisian.

Saat itu suasana publik pun heboh bukan main. Banyak orang pun takjub karena uang bantuan sebanyak Rp 29 milyar yang dijadikan barang bukti kasus itu diperlihatkan ke publik. Jurnalis yang meliput gelar perkara Suwondo sempat bisa melihatnya meski di larang keras menyentuhnya karena petugas polisi mengawal ketat mencegah kalau ada tangan iseng wartawan mencoba menjumput uang itu. Akhirnya dan entah karena apa, perbincangan kasus ini meredup seiring lengsernya Gus Dur.

Kemudian di masa Presiden Megawati muncul kisah pula 'serupa tapi tak sama'. Pada suatu hari tiba-tiba muncul berita saol kasus pembongkaran tanah di dekat prasasti kuna peninggalan zaman Pajajaran di Istana Batu Tulis Bogor. Tak tanggung-tanggung kasus ini melibatkan sosok menteri Agama Said Agil Munawar. Kala itu dikatakan, pembongkaran tanah di sana untuk mencari harta karun berupa batangan emas peningalan Presiden Sukarno. Kasus ini kemudian oleh Megawati ditutup dengan memerintahkan pembongkaran tanah dihentikan.

Republika pada kasus Batulis pada 21 Agustus 2002 menulis seperti ini:

Kasus Pencarian Harta di Situs Batutulis: 'Gunakan Cara Rasional'

JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta agar penggalian dan polemik mengenai harta karun di situs prasasti Batutulis, Bogor, Jawa Barat, dihentikan. MUI juga mengimbau pemerintah menggunakan cara-cara rasional dalam menyelenggarakan negara. ''Masalah bangsa ini terlalu besar, sehingga dalam penyelenggaraan negara, pemerintah jangan bertumpu pada hal-hal yang irasional, tetapi dengan kerja keras dan rasional,'' kata Sekjen MUI Din Syamsuddin usai rapat MUI di Jakarta, kemarin (20/8).

Ketua MUI H Amidhan menyatakan penggalian harus dihentikan karena banyak tuntutan dari masyarakat. Sedangkan polemik yang terjadi dikhawatirkan bisa melebar ke masalah lain yang tak diinginkan. ''Nanti akan muncul tudingan bahwa Islam itu irasional, padahal agama Islam justru mendukung penggunaan akal atau rasionalitas,'' kata dia.

Ketua Umum MUI KH Ahmad Sahal Mahfudz, seperti dituturkan Sekretaris MUI Ichwan Sam, telah menemui Menteri Agama Said Agil Husein Al Munawar untuk klarifikasi sekaligus menyampaikan saran khusus MUI, belum diketahui apa pembicaraan keduanya. Di tempat terpisah presiden Partai Keadilan Hidayat Nur Wahid menduga kemungkinan ada pihak yang menjebak menag melalui ''orang pintar''. Dia juga sangat menyayangkan terjadinya kasus ini.

''Namun, kita harus pahami dan hargai niat yang tulus dari beliau untuk berupaya keluar dari krisis ini,'' ujar Hidayat. Sedangkan anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Noer Muhammad Iskandar SQ mengatakan sepantasnya menag meminta maaf kepada masyarakat secara terbuka agar kasus ini jelas.

Kemarin, Presiden Megawati Soekarnoputri membantah bahwa dirinya telah mengizinkan menteri agama atau siapa pun untuk mencari harta karun dengan cara menggali situs prasasti Batutulis.

''Batutulis, 'kan, di depan mata saya, kalau saya harus memberi izin, kenapa harus memberi izin kepada orang lain,'' kata Presiden Megawati seperti dikutip oleh Wakil Sekjen DPP PDIP Pramono Anung usai rapat pleno DPP PDIP yang dipimpin Megawati di kantor DPP PDIP, Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement