Jumat 23 Mar 2018 10:33 WIB

Kelompok Muslim di India Sambut Baik Modernisasi Madrasah

Diperkirakan sekitar 3,5 juta anak-anak belajar di madrasah.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agus Yulianto
Muslim India (Ilustrasi)
Foto: AP Photo
Muslim India (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Berbagai kelompok Muslim di India menyambut baik langkah pemerintah federal untuk memodernisasi sekolah-sekolah Islam. Sehingga, mereka tidak sekedar mengajar para siswa yang terpusat pada subjek Islam dan bahasa.

Kelompok hak-hak anak India merekomendasikan penyediaan kurikulum yang lebih luas di lebih dari 40 ribu madrasah, yang merupakan sekolah-sekolah Islam tradisional yang terletak di desa-desa dan kota-kota di India. Diperkirakan sekitar 3,5 juta anak-anak belajar di madrasah.

"Subjek seperti ilmu pengetahuan modern, sejarah dan matematika harus diperkenalkan. Ada kebutuhan yang kuat untuk ukuran seperti itu," kata Mohammad Rajbalim, seorang pemimpin Muslim di negara bagian Himachal Pradesh, India utara, seperti dilansir di Eurasia Review, Jumat (23/3).

Komisi Nasional untuk Perlindungan Hak Anak (NCPCR) merekomendasikan pada awal Maret lalu bahwa sekolah Muslim tradisional harus tunduk pada Undang-undang Hak atas Pendidikan. Hal ini akan mewajibkan untuk memberikan pendidikan gratis dan wajib bagi anak-anak hingga usia 14 tahun.

"Sejumlah besar anak-anak Muslim dirampas haknya atas pendidikan, karena mereka hanya menerima instruksi agama," kata komisi tersebut.

Komisi menyatakan keprihatinannya atas rendahnya kualitas pendidikan yang ditawarkan di madrasah. Dikatakan, bahwa anak-anak yang keluar dari madrasah juga lulus seperti mereka yang tidak sekolah yang layak.

Para pemimpin Muslim setuju bahwa kurikulum yang berfokus pada mengajar anak-anak cara membaca dan menghafal Alquran dan belajar yurisprudensi Islam tidak cukup komprehensif untuk mengatur mereka dalam kehidupan modern. Kurikulum madrasah yang khas menawarkan interpretasi Alquran, hukum Syariah Islam, perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad, dan subjek yang dikenal sebagai mantic atau logika. Mereka juga menawarkan sejarah Islam, tetapi cenderung menghindari skandal dan kontroversi.

Rajbalim mengatakan, siswa yang menghadiri madrasah hidup asing ke dalam masyarakat arus utama, karena mereka tidak memiliki pendidikan modern. Kata dia, mereka harus belajar tentang sains, seni, dan mata pelajaran lain untuk bertahan di bursa kerja yang kompetitif saat ini.

"Sebagian besar dari 172 juta Muslim di India hidup sebagai minoritas agama dan terbelakang dalam pendidikan sains. Partisipasi mereka dalam kegiatan ilmiah negara sangat rendah," kata Aabid Ahmad, seorang peneliti dalam Studi Islam dari Universitas Kashmir.

Ahmad mengatakan, situasi tersebut jika dibiarkan berlanjut, tentu akan menghambat kemajuan masyarakat dan negara. Menurutnya, tidak ada komunitas yang berpendidikan rendah yang bisa mendapatkan rasa hormat.

Moulana Javaid Ahmad, seorang cendekiawan Islam yang menjalankan madrasah di Kashmir tengah, mengatakan ilmu pengetahuan modern, matematika, seni, dan pendidikan komputer dasar dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum dengan dampak yang positif. Menurutnya, pelajaran agama harus diberi prioritas utama. Namun, kata dia, pendidikan modern tidak dapat diabaikan.

"Masyarakat sipil Muslim harus segera mempertimbangkan mereformasi kurikulum yang diajarkan di kebanyakan madrasah," kata Javaid Ahmad.

Dia mengatakan, bahwa dia telah berusaha untuk memasukkan kurikulum modern ke sekolah Muslimnya. Akan tetapi, itu gagal menarik bantuan dari pemerintah. Ahmad mengatakan, pemerintah melihat madrasah dan sekolah modern sebagai dua hal yang sepenuhnya berbeda.

"Tapi itu tidak seharusnya terjadi. Itu mungkin untuk menggabungkan pendidikan agama dan sekuler," tambahnya.

Sayid Rasheed Ali, ketua Dewan Wakaf Muslim Kerala, mengatakan bahwa proses membawa madrasah ke zaman modern telah dimulai di negara bagian selatan. Tingkat pendidikan umum di Kerala dianggap yang terbaik di India. Dikatakannya, ada berbagai skema yang didanai pemerintah melalui subyek modern yang dapat diajarkan.

"Idenya harus memberikan pendidikan di semua mata pelajaran di sekolah-sekolah ini sehingga anak-anak tidak akan ketinggalan," kata Ali.

Sana Asma, seorang peneliti di Aligarh Muslim University (AMU) di Uttar Pradesh, mengatakan bahwa madrasah harus ditingkatkan guna memenuhi tantangan dunia modern. Menurutnya, penekanan yang kuat perlu diletakkan pada kualitas pendidikan dan memperluas basis ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi. Karena hal itu adalah area yang sangat kompetitif saat ini.

Madrasah telah memberikan kontribusi penting bagi masyarakat. Namun, ia mengatakan perkembangan pendidikan umat Islam tidak dapat distrategiskan tanpa memperhitungkan layanan mereka kepada masyarakat.

Menurut sensus yang diambil pada 2011, 47 persen Muslim India tidak memiliki pendidikan formal. Sementara 36,4 persen dari umat Hindu tidak sekolah.

Tercatat ada 80 persen umat Hindu atau 966 juta dari 1,2 miliar penduduk India. Ini menjadikan 172 juta komunitas Muslim yang kuat sebagai agama minoritas terbesar di negara ini. Sementara itu, umat Kristen India terdiri dari 29 juta orang, atau 2,3 persen dari populasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement