Kamis 13 Jul 2017 09:39 WIB
Dorong Masjid Melek Teknologi

Remaja Masjid Bersejarah Dibekali Kemampuan Multimedia

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Penyampaian materi pada bimbingan teknis mutimedia untuk remaja masjid besejarah dalam rangka membangun peradaban bangsa, di Kota Bandung, Rabu (12/7).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Penyampaian materi pada bimbingan teknis mutimedia untuk remaja masjid besejarah dalam rangka membangun peradaban bangsa, di Kota Bandung, Rabu (12/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG- Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan pelatihan multimedia kepada 35 utusan remaja masjid bersejarah yang tersebar di seluruh Indonesia.Pelatihan remaja masjid ini dilalukan sejak Rabu-Sabtu (12-15/7) di Bandung.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan, masjid merupakan media yang strategis dalam membangun peradaban. Apalagi, keberadaan masjid bersejarah yang relatif banyak sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

"Masjid bersejarah ini bukan hanya berperan penting di masa lalu tapi sekarang kita ingin masyarakat yang belum menghadiri langsung bisa mengenali melalui perantara media (teknologi)," ujarnya kepada peserta dari rekaman video yang ditayangkan.

Menurutnya, dengan pelatihan multimedia, remaja masjid diharapkan bisa meningkat kapasitasnya dan mengangkat peran mesjid sebagai pusat peradaban kepada masyarakat Indonesia dengan memanfaatkan teknologi dan informasi yang berkembang saat ini.

Dia menuturkan, kegiatan yang diselenggarakan bekerja sama dengan Masjid Salman ITB merupakan langkah nyata pemerintah mendorong keberadaan masjid agar menjadi pusat peradaban di Indonesia.

Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kemendikbud, Nadjamuddin Ramly menambahkan, latar belakang dibuatnya kegiatan tersebut adalah dalam upaya membangun peradaban yang dimulai dari masjid. Dimana, peran masjid tidak hanya sekadar tempat ibadah namun menjadi pusat kegiatan.

Menurutnya, pembangunan dan pengembangan mesjid dilakukan melalui pendekatan teknologi dan media. "(Pelatihan) tidak hanya masjid bersejarah tapi seluruh masjid. Masjid bersejarah diambil karena dia cagar budaya yang harus dijaga dan memiliki banyak sejarah perkembangan Islam," katanya.

Dirinya berharap, ke depan penataan mesjid tidak lagi dilakukan secara tradisional namun pengurus masjid harus menyiapkan kebutuhan jamaah termasuk khutbah yang disampaikan harus disesuaikan dengan latar belakang pendidikan jamaah agar tidak terjadi gap.

Lelaki yang juga menjabat sebagai Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Puaat ini mengatakan, remaja masjid merupakan tulang punggung masjid sehingga harus memiliki kreasi dan inovasi memakmurkan masjid. Salah satunya adalah tidak boleh gagap teknologi.

Kasubdit Diplomasi Dalam Negeri, Yayuk Sri Budi Rahayu mengatakan kegiatan pelatihan multimedia kepada remaja masjid diharapkan kedepannya mampu menyosialisasikan kekayaan dan dinamika sejarah masjid melalui multimedia. Termasuk meningkatkan kemampuan para aktivis masjid serta mencegah informasi hoax.

Anggota Majelis Pembina Masjid Salman ITB, Ahmad Nashir mengungkapkan, nilai-nilai bagus yang terdapat pada masjid harus mampu disebarluaskan kepada masyarakat melalui multimedia dan teknologi. Oleh karena itu para remaja masjid harus dibekali kemampuan menggunakan perangkat multimedia.

Menurutnya, materi yang akan diberikan adalah seputar multimedia, creative writing, Design Grafis, Fotografi, Videografi, wawasan tentang mesjid bersejarah dan pembuatan media sosial serta promosi kegiatan. Sementara itu, pemateri yang didatangkan merupakan orang-orang yang sudah berkecimpung di dunia multimedia.

Salah seorang peserta perwakilan Masjid Agung Al Jami' Kauman Pekalongan, Wieda Muqaffa mengaku, antusias memgikuti pelatihan multimedia yang ditujukan bagi remaja mesjid bersejarah. Sebab, manfaatnya bisa mengembangkan masjid dengan memanfaatkan teknologi.

"Ini kegiatan bagus, pemuda mesjid butuh bekal untuk mengembangkan masjid selain sebagai sentra ibadah juga sebagai semacam pusat perubahan dan untuk membuat masyarakat lebih cerdas dengan memanfaatkan teknologi informasi," katanya.

Menurutnya, penyebaran informasi seputar masjid bersejarah juga berperan membendung informasi negatif yang muncul. "Outpoutnya, penggerak di masjid masing-masimg mempublikasikan kegiatan yang ada, sharing informasi sesama masjid sehingga jamaah merasakan manfaatnya lebih luas," katanya.

Perwakilan Masjid Tua Al Hilal Katangka, Makasar Bella Putri mengatakan, ke depan harapannya bisa mengenalkan masjid Tua Al Hilal Katangka kepada seluruh masyarakat memanfaatkan teknologi informasi. Sebab selama ini belum banyak orang yang mengetahui masjid tersebut.

_____________________________

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement