Rabu 14 Jun 2017 22:07 WIB

Charles Orr: Islam Miliki Kekayaan yang Luar Biasa

Mualaf (ilustrasi)
Foto: onislam.net
Sekitar seratusan Muslim di Cape Town, Afrika Selatan, menggelar aksi unjuk rasa memprotes atas diberikannya izin Bar Abantu --yang berlokasi di sebelah kanan Masjid Nurul Islam-- menjual minuman keras

Syekh Abdal Qadir memperkenalkan padanya sejumlah gagasan. Hal pertama adalah terkait kembalinya dirham perak dan dinar emas serta tatanan muamalah. Syeikh Abdal Qadir senantiasa menekankan bahwa pembentukan kedaulatan umat Islam bergantung pada penolakan sistem-sistem dan lembaga-lembaga keuangan riba saat ini. Selanjutnya, mata uang Islam, yaitu dinar dan dirham, harus diperlakukan kembali guna melawan dominasi mata uang dolar. Mereka mempromosikan jejaring perdagangan Islam, mengembalikan pasar-pasar, dan memulihkan zakat secara benar.

Gagasan itu membuat anak pertama dari tiga bersaudara ini sadar bahwa Islam ternyata memiliki kekayaan ilmu yang luar biasa besar. Islam tidak semata seperti yang digambarkan secara picik oleh media-media Barat. Islam menawarkan konsep ekonomi yang lebih baik. Bukan ekonomi kapitalis yang hanya menguntungkan orang-orang tertentu.

"Di sana saya sadar, saya harus keluar dari kepalsuan ini dan bergabung dengan Islam," katanya. Lalu setelah tiga bulan mengikuti aktivitas dalam komunitas Syekh Abdal Qadir, Charles memutuskan untuk menjadi Muslim dan meninggalkan agama lamanya, Kristen. Seiring dengan itu, Charles pun mengubah namanya menjadi Abdalhalim Orr.

Ikuti Sang Guru

Saat ini, Abdalhalim menetap di Cape Town, Afrika Selatan, mengikuti sang guru yang membangun komunitas Muslim di negara tersebut. Sejak 2001, Syekh Abdal Qadir memang bermukim di kota tersebut dan memprakarsai berdirinya Dallas College. "Sudah delapan tahun saya tinggal di sana, mengikuti guru saya. Saya akan berada di sana selama guru saya ada di sana," katanya. Di sana Abdalhalim juga terus meningkatkan pemahamannya tentang Islam.

Menjadi Muslim di Afrika, katanya, tidaklah mudah. Di benua 'hitam' ini sulit menemukan makanan halal. Sertifikat halal kerap diperjualbelikan kepada restoran ataupun tempat makan yang dimiliki oleh orang non-Muslim. Akhirnya, Abdalhalim memilih untuk memasak makanannya sendiri. "Saya ingin memastikan bahwa makanan yang saya makan itu halal. Saya akan menyembelih sendiri daging yang akan saya makan dengan mengucap nama Allah.''

Dia pun melihat dunia Islam yang berbeda di Afrika. "Mereka bilang mereka Islam, tapi mereka tidak benar-benar hidup dalam Islam," katanya. Mereka, misalnya, menyalahi arti zakat yang sesungguhnya. ''Di sana zakat dikumpulkan oleh organisasi tertentu, tidak ada bedanya dengan lembaga amal," katanya. Uang zakat tersebut kemudian digunakan untuk membiayai proyek tertentu. Padahal, menurutnya, zakat seharusnya dikumpulkan oleh amil zakat dan hasil yang terkumpul diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Meski banyak hal yang tidak sesuai dengan Islam yang dia pahami, Abdalhalim berusaha untuk tetap berada di jalan Allah. "Saya terus belajar untuk menjadi Muslim yang lebih baik.'' n ed: wachidah handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement