Rabu 01 Feb 2017 04:33 WIB

Kebudayaan Kota Kolonial dan Pesan Hatta Soal Penghancuran Sejarah

Wapres Mohamad Hatta memeriksa pasukan kehormatan di Linggarjati, Cirebon, 17 November 1946.
Foto:
Mohamad Hatta bersama Sukarno di Yogyakarta pada 21 Desember 1949.

Satu hal lagi yang saya ingat dari perkataan Bung Hatta ialah tentang sejarah hubungan bangsa Nusantara dengan bangsa-bangsa lain di sekitarnya seperti India, China, Arab, Turki dan Persia.

Kebijakan pemerintah kolonial, menurut Hatta, berusaha menghapuskan sejarah bahwa bangsa Nusantara mempunyai hubungan erat dengan bangsa-bangsa yang di negeri-negeri yang telah disebutkan. Hubungan bangsa Indonesia dengan bangsa India, China, Arab, Turki dan Persia berlaku tidak hanya dalam hubungan ekonomi dan politik, melainkan lebih mendalam. Yaitu hubungan agama, kebudayaan dan spiritualitas.

Semua itu hendak diputuskan oleh Belanda dengan harapan Indonesia merasa lebih dekat dengan Eropa dibanding dengan Arab, India, Persia, Turki dan China.

Belanda merancang agar dalam pikiran kaum terpelajar kita tumbuh gambaran bahwa yang paling berjasa atas kemajuan bangsa Indonesia adalah Eropa/Belanda.

Pikiran semacam itu mengendap jauh di lubuk bawah sadar kaum terlejar di Indonesia sampai sekarang.

Keinginan pemerintah kolonial Belanda untuk memutuskan hubungan historis bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa Timur serta kebudayaannya dilaksanakan melalui politik pengkotak-kotaan.

Orang Arab, Tionghwa, India dan lain-lain diberi kedudukan sebagai Orang Asing Timur. Mereka diberi perlakuan istiewa oleh pemerintah kolonial.

Dengan demikian perlahan-lahan orang asing dari timur itu terpisah dari orang Indonesia selebihnya. Masing-masing merasa menjadi orang asing terhadap yang lain.

Masihkah kebijakan ini kita teruskan?

**Prof DR Abdul Hadi WM: Penyair Sufi, Pengajar Universiti Sains Malaysia, Guru Besar Falasah dan Agama Universitas Paramadina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement