Apakah negara Anda memiliki program spesifik untuk mewujudkan toleransi itu?
Seperti yang saya sebutkan, toleransi adalah soal tradisi dan kebiasaan. Secara formal, tak ada program resmi dari pemerintah untuk mewujudkan toleransi tersebut. Toleransi adalah budaya yang mengakar kuat di masyarakat.
Bahrain sejak awal adalah negara yang inklusif, jauh dari kesan-kesan yang primitif dan tertutup sebagaimana yang jamak berlaku di sejumlah negara teluk.
Sejak awal Bahrain adalah negara yang berperadaban. Sejumlah kemajuan tercatat pertama kali di Bahrain. Perintis pendidikan di negara teluk adalah Bahrain. Menjamurnya media atau pers juga pertama berawal di Bahrain.
Termasuk juga Bahrain adalah negara teluk pertama yang mengizinkan perempuan berada di balik kemudi mobil. Tak ada persoalan. Di negara kami juga ada pemeluk Hindu dan Budha, sejak awal, mereka datang dari India.
Bangsa kami memiliki keterikatan sejarah dengan India dalam produksi intan permata seperti dengan Bombay. Pedagang dari India mengambil intan permata dari Bahrain dan menjualnya ke negara Barat.
Dan seperti Anda ketahui, India kaya dengan sejarah dan peradaban seperti filsafat, budaya, dan lainnya. Mereka hidup di Bahrain denga damai.
Dari segi karakter, selama di Bahrain, mereka tak ingin menyakiti atau menghina entitas lain. Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Itu acuan yang diterapkan Bahrain.
Di dunia pendidikan bagaimana negara Anda membudayakan toleransi itu?
Makanya, lembaga pendidikan kami dipenuhi warga dengan beragam entitas mazhab, seperti Sunni dan Syiah. Tak ada sekolah khusus untuk Sunni ataupun Syiah. Di lembaga pendidikan inilah selalu kami tekankan pentingnya untuk menghindari pertikaian dan masalah yang bisa memicu perselisihan.
Dan tidak melibatkan siswa dan pelajar dalam urusan teologi yang begitu kompleks. Kita hanya menyentuh mereka dengan pesan-pesan kebajikan dan kebijaksanaan.
Cukup misalnya dengan meneladani riwayat hidup Hasan dan Husein. Ini agar mereka memahami bahwa sejatinya Sunni juga memiliki kecintaan terhadap Ahlul Bait, dan kalangan Syiah memahami, bahwa Sunni juga mencintai Ahlul Bait.
Apakah Anda percaya ada tangan-tangan jahat hendak mengadu domba umat?
Saya tidak ragu lagi, memang ada tangan-tangan jahat yang hendak mengadu domba umat Islam, dan memecah belah antara kita, seperti yang terjadi antara Sunni dan Syiah dengan tujuan agar kita saling berseteru dan saling bunuh kalau perlu. Dalam konteks Bahrain, alhamdulillah, agenda jahat itu tidak berhasil.
Masyarakat menyadari betul ada sekelompok kecil yang memilih jalan kekerasan, tetapi alhamdulillah, sebagian besar warga Sunni dan warga Syiah.
Kita sadar bahwa ada upaya memecah belah umat. Kita tidak pernah melakukan intervensi apapun soal kehidupan beragama mereka.
Kita juga terbiasa shalat di masjid warga Syiah, begitu juga mereka dengan tatacara shalat mereka. Tak ada kegaduhan dan kita saling memahami.