Selasa 23 Feb 2016 06:11 WIB

Lima Pesan Syekh Al-Azhar dari MUI Hingga Rekonsiliasi Suni-Syiah

 (dari kiri) Grand Syekh Al Azhar Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb bersama Presiden RI Joko Widodo saat pertemuan tertutup di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (22/2).
Foto:
Grand Syekh Al-Azhar Ahmad at-Thayyib disambut oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Prof Quraisy Shihab

"Saya percaya, selama ulama tidak bersatu terlebih dahulu, maka tidak ada harapan. Anda sebagai ulama hendak menebarkan perdamaian, sementara Anda sendiri tak berdamai dengan sesama ulama, maka seperti kata pepatah “Faqidus sya’i la yu’thihi” (Orang kehilangan tak bisa memberi). Masalahnya, perbedaan ini berubah menjadi perselisihan yang rigid akibat fanatisme mazhab atau pemikiran tertentu dan mengklaim mazhab lain tidak benar.

Namun sayangnya, di balik gencarnya mazhab tersebut, ada dukungan materiil dan spiritual, yang lantas disebarluaskan di jalan alih-alih menghargai perbedaan, justru malah memecah belah umat. Muncullah fenomena pembida’ahan dan pengafiran yang sangat rentan dengan menghalalkan darah. Solusinya adalah kembali ke khazanah klasik bagaimana menyikapi perbedaan.

Umar bin Abd al-Aziz pernah mengatakan bahwa ia sangat senang jika para sahabat tidak berselisih pendapat, tetapi fakta berkata lain. Dengan perbedaan itu, justru banyak opsi-opsi kemudahan dibandingkan dengan satu opsi pendapat saja. Silakan saja Anda memilih satu mazhab, tetapi jangan anggap pendapat Anda saja yang benar, sementara orang  lain salah."     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement