Kamis 21 Jan 2016 20:53 WIB

Islamic Book Award Layak Diapresiasi Pemerintah

Mendikbud Anies Rasyid Baswedan (kiri) menerima Panitia IBF 2016 yang dipimpin ketuanya, M Anis Baswedan (kedua dari kiri) dan Ketua Ikapi DKI Jakarta Afrizal Sinaro (ketiga dari kiri).
Foto: Irwan Kelana/Republika
Mendikbud Anies Rasyid Baswedan (kiri) menerima Panitia IBF 2016 yang dipimpin ketuanya, M Anis Baswedan (kedua dari kiri) dan Ketua Ikapi DKI Jakarta Afrizal Sinaro (ketiga dari kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Isamic Book Fair (IBF) Ikapi DKI ke-15 tahun 2016 akan digelar di Istora Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, 26 Februari hingga 6 Maret 2016.  Salah satu mata acara IBF 2016 adalah Islamic Book Award (IBA) yang diberikan kepada tokoh perbukuan Islam dan  buku-buku Islam terbaik di Tanah Air.

 

“Penghargaan ini diberikan untuk menggali dan mengembangkan potensi insan perbukuan Islam serta membangkitkan semangat dan motivasi  masyarakat untuk membaca dan menulis buku,” kata Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro saat bersama Panitia IBF 2016 beraudiensi dengan Mendikbud Anies Rasyid Baswedan di Kantor Kemendikbud Jakarta, Kamis (21/1).

Lebih jauh Afrizal menjelaskan, Islamic Book Award (IBA)  merupakan upaya untuk  mendorong munculnya karya-karya  buku terbaik dari para penulis, dosen, guru, ustadz, ulama dan cendekiawan Muslim Indonesia.

“Hal ini sangat penting agar nanti pada saatnya Indonesia akan menjadi kiblat pendidikan dan peradaban Islam dunia. Selain itu, melalui buku masyarakat Indonesia menjadi cerdas dan bermartabat,” papar Afrizal.

Afrizal menjelaskan, pemberian penghargaan IBA Ikapi DKI Jakarta telah berlangsung selama 10 tahun. “IBA menjadi  award yang bergengsi di setiap event IBF. Sudah seharusnya pemerintah  dalam hal ini Kemendikbud atau Kemenag memberikan perhatian khusus dalam bentuk bantuan biaya/hadiah kepada para penulis dan penerbit buku,” ujar Afrizal.

Penghargaan IBA, kata Afrizal, sangat strategis sebagai upaya menghargai karya anak bangsa. “Kami sadar bahwa menulis buku itu tidak  mudah. Perlu waktu,   pemikiran, dan  energi yang cukup untuk  dapat  menyelesaikan sebuah naskah yang baik. Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai karya-karya tulis sebagai sebuah ilmu,” tegas Afrizal Sinaro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement