REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Otoritas Cina di Xinjiang melarang warga yang berjenggot panjang, mengenakan penutup kepala, burka atau jilbab menaiki bus. Media pemerintah mengatakan aturan itu berlaku di Karamay.
Otoritas juga melarang pakaian dengan lambang bulan sabit. Beijing mengatakan lambang tersebut dipakai oleh kelompok yang ingin mendirikan negara independen bernama East Turkestan.
Aturan itu diberlakukan selama acara olahraga yang akan berakhir pada 20 Agustus. Peraturan tersebut diklaim bertujuan membantu menguatkan keamanan acara olahraga itu. "Mereka yang tidak mematuhi, terutama kelima kategori penumpang akan dilaporkan ke polisi," begitu dilaporkan surat kabar milik Partai Komunis Karamay Daily, Rabu (6/8).
Bukan kali ini saja larangan diskriminatif terhadap Muslim diberlakukan pemerintah di Xinjiang. Sebelumnya, Muslim di Xinjiang dilarang berpuasa Ramadhan. Pejabat juga mendorong Muslimah tidak mengenakan jilbab. Mereka mengatakan mengenakan jilbab bisa menyebabkan kekurangan kalsium atau serangan panas.
""Larangan di Karamay merupakan langkah diskriminasi umum yang menambah konfrontasi antara Uighur dan Beijing," kata juru bicara Kongres Uyghur Dunia (WUC) yang diasingkan dalam pernyataannya kepada AFP.
Dilansir dari Wall Street Journal, koordinator umum kompetisi olahraga di Xinjiang Wang Yaqiang mengatakan pelarangan itu berlaku di Karamay. Dia menambahkan lima jenis penumpang itu juga dilarang memasuki tempat umum di kota. Namun, dia tidak menjelaskan tempat umum yang dimaksud.
Pada Juli lalu, otoritas di kota utama Xinjiang, Urumqi melarang penumpang bus membawa sejumlah barang, mulai dari pemantik api hingga yogurt dan air. Larangan itu juga diklaim untuk mencegah serangan kekerasan.
Kelompok Uighur di pengasingan dan aktivis hak asasi manusia mengatakan kebijakan represif pemerintah di Xinjiang, termasuk mengontrol Islam memicu kerusuhan. Pemerintah Cina membantahnya. "Pejabat di Karamay menerapkan kebijakan terbuka yang rasis dan diskriminatif bagi orang Uighur biasa," ujar presiden Asosiasi Uyghur Amerika yang berbasis di Washington Alim Seytoff melalui surat elektronik.
Kebanyakan perempuan Uighur mengenakan pakaian bergaya kasual seperti perempuan umumnya di Cina. Namun, beberapa juga ada yang mengenakan pakaian panjang yang longgar, seperti yang dipakai perempuan di Pakistan dan Afghanistan. Pakaian seperti ini tidak umum di Xinjiang.
Polisi menawarkan uang bagi warga yang melaporkan informasi mengenai pelatihan terorisme atau individu yang memelihara jenggot.