Senin 03 Jun 2013 12:32 WIB

Terry Holdbrooks, Kisah Penjaga Guantanamo yang Memeluk Islam

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Heri Ruslan
tahanan guantanamo
Foto: 1
1

Semakin lama, Terry merasa mengenal sesuatu yang mencerahkan. Selama ini hidupnya memang tak karuan. Ia lahir di tengah keluarga pemabuk. Kedua orang tuanya pemabuk berat yang kemudian bercerai sejak ia kecil. Di usia 19 tahun, Terry pun hidup dikelilingi alkohol, seks bebas, musik hard rock, tato, dan lain sebagainya. Telinganya bahkan berlubang besar karena ditindik, badannya juga penuh dengan tato.

Saat mengenal Islam, ia pun kemudian merasakan sebuah keteduhan. Bahkan, keteduhan yang tak pernah ia dapatkan saat masuk militer. Terry memang berusaha memasuki kehidupan yang mengajarkan disiplin keras karena ingin berubah dari gaya hidup lamanya yang berantakan. Cukup berhasil, namun Terry tak mendapatkan ketenangan batin.

Ia justru terus dirundung mimpi buruk mengenai kekerasan, termasuk siksaan dalam penjara tempatnya berjaga. “Islam itu sangat disiplin dan mengatur keimanan. Ini memerlukan banyak usaha dan keyakinan. Dan, aku memang sangat tertarik akan struktur, ketertiban, dan disiplin,” kata Terry.

 

Obrolan dengan para napi pun telah membangun citra tersebut. Terdapat seorang napi yang sangat dekat dengannya, yakni seorang warga Maroko bernama Ahmed Errachidi. Di penjara Ahmed dijuluki dengan “jenderal”. Setiap malam, Terry mengobrol dengan “jenderal” itu. Tak ada teman-temannya yang mengetahui karena saat itu mereka tengah bermabuk ria. Semakin hari, ia pun semakin jatuh cinta pada agama rahmatan lil alamin ini. “Aku ingin belajar sebanyak yang aku bisa,” ujarnya berbinar.

 

Setelah belajar mengenai Islam dan obrolan panjang tiap malam, Terry memutuskan untuk memeluk Islam. Ia meminta Ahmed menulis syahadat di sebuah kertas, transliterasi dan terjemahnya dalam bahasa Inggris. Ia pun dengan mantap membacanya dengan lantang di lantai Guantanamo Camp Delta. Di sanalah, ia kemudian menjadi Muslim.

Kejadian itu berlangsung pada 2004. Saat ini, Terry telah mantap berislam. Ia menjadi Muslim yang taat dan meninggalkan segala kehidupan lama. Ia bahkan meninggalkan Guantanamo karena tak kuat lagi dengan aksi penyiksaan di penjara tersebut. Ia tak tahan dengan mimpi buruk yang selalu mengganggunya. Hatinya sangat menolak penyiksaan kepada para napi. Apalagi setelah memeluk Islam, Terry menjadi skeptis pada penjara. Ia pun memilih hidup tenang sebagai seorang Muslim. Saat ini, ia sangat bahagia menemukan Islam dan dapat menjalani hidup dengan tenang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement