Jumat 13 Jan 2012 16:02 WIB

Sunni dan Syiah Bersatu, Mungkinkah? (Bag 2)

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Heri Ruslan
Syiah dan Sunni
Syiah dan Sunni

REPUBLIKA.CO.ID,Waspadalah, Zionis Hendak Memecah Belah Umat

Menurut Prof Dr Musthafa ar-Rifa’i lewat kitab bertajuk Islamuna fi at-Taufiq Baina as-Sunni wa asy-Syi'ah, perbedaan antara Sunni-Syiah yang selama ini kerap muncul di permukaan, hakikatnya bukan perbedaan yang prinsipil.

Perbedaan hanya terletak pada persoalan non-prinsipil furuiyyah yang dapat ditoleransi. Hal itu didasari kuat oleh pemahaman terhadap ijtihad sebagai upaya memahami teks-teks agama. Ijtihad tersebut menggunakan berbagai dasar dan sumber hukum, antara lain, Alquran, hadis, ijma (konsensus), dan qiyas (analogi).

Tak jauh berbeda dengan metode yang akrab di kalangan Syiah. Tradisi ijtihad tersebut populer di kalangan umat hingga akhirnya luntur seiring lemahnya pemerintahan Dinasti Abbasiyah di pertengahan abad ke-4 Hijriah, ketika dinasti tersebut dikuasai oleh dinasti-dinasti yang terpecah dan tersebar di sejumlah wilayah.

Bersamaan dengan itu pula, ruh ijtihad mulai melemah. Sebagian umat kala itu, kembali memilih taklid dibandingkan mengembangkan budaya ijtihad. Kondisi ini menjadi satu dari sekian faktor yang mengakibatkan perbedaan antardua kubu tersebut kian memanas.

Dalam konteks masa kini, ar-Rafa’i meyakini, faktor lain yang amat kuat memengaruhi dan memanaskan konflik antara Sunni dan Syiah adalah kekuatan eksternal yang datang dari imperalis Barat.

Terutama politik dan konspirasi devide et impera (politik memecah belah) yang diterapkan oleh protokol kaum Zionis yang hendak memecah belah umat. Perpecahan faksi dan sekte yang tumbuh berkembang di internal Muslim, digunakan sebagai momen membenturkan dan mengadu domba berbagai kelompok itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement