REPUBLIKA.CO.ID, TENNESSE - Salah seorang siswa Ravenwood High School, Tennese dilarang ikut parade lantaran mengenakan jilbab. Pihak sekolah berdalih, jilbab yang dikenakan melanggar aturan.
"Itu terjadi saat parade akhir bulan lalu. Kami telah bersiap ambil bagian dalam parade. Namun, kepala sekolah mengatakan saya tidak bisa mengenakan jilbab meski saya memiliki seragam yang digunakan dalam parade," papar Denim, 14 tahun seperti dikutip onislam.net, Jum'at (21/10).
Denim lantas menolak untuk melepaskan jilbab. Ia berpendapat jilbab yang dikenakannya merupakan bagian dari keyakinannya yang tidak bisa diganggu gugat. "Aku benar-benar tidak bisa melepasnya," ungkap Denim.
Bagi Denim, merupakan hal keliru menggadaikan keyakinannya hanya demi parade. Ia pun sadar, untuk ambil bagian dari parade butuh kerja keras dan pengorbanan. "Aku hanya berharap ada pengecualian. Kalaupun tidak, aku tidak akan ikut parade," tegasnya.
Harapan Denim untuk ambil bagian dalam parade akhirnya pupus. Pihak sekolah dan pengacara distrik memutuskan kalau Denim ingin berpartisipasi maka ia harus mematuhi aturan. "Kami terikat dengan aturan angkatan darat. Kami tidak bisa mengubah aturan itu," katanya.
Putusan itu oleh Denim dinilai berbau diskriminasi. Sebab, sekian lama berlatih dan mengikuti seleksi, tepat satu hari sebelum parade, putusan itu dikeluarkan. "Aku berlatih sepanjang hari. Aku sungguh terkejut, ketika jelang parade, pelatih memanggil saya sembari mengatakan kamu tidak bisa turut serta," kenang Denim.
Permintaan Maaf
Merasa diperlakukan tidak adil, keluarga Denim meminta nasihat Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR). Selanjutnya, CAIR meminta pihak sekolah untuk meminta maaf kepada Denim. "Pihak sekolah kurang bijaksana," papar pengacara CAIR, Gadeir Abbas.
Abbas mengatakan perlakuan yang diterima Denim, seharusnya juga dialami siswa Yahudi yang mengenakan topi Yarmulke. Perishan Hussein, ibunda Denim, menilai sudah seharusnya pihak sekolah memperhatikan keyakinan anak didiknya. "Pihak sekolah tahu, Denim mengenakan jilbab. Ini tidak masuk akal," katanya.
Meski persoalan belum selesai, Denim dengan lapang dada menerima putusan itu. Ia mengaku telah mendapat hikmah dari kejadian ini. "Yang pasti, aku lebih kuat. Aku jadi belajar untuk melihat segala sesuatu lebih positif," ungkapnya.
Ia berharap pihak militer akan mengubah kebijakan itu sehingga Muslimah lain tidak akan mengalami perlakuan seperti dirinya. "Umat Islam bagian dari AS. Ketika kami hendak bergabung dengan angkatan darat, utamanya Muslimah, maka kami memiliki hak untuk mengenakan jilbab," pungkasnya.