Senin 06 May 2019 09:21 WIB

Program LAZ saat Ramadhan Dinilai Sudah Cukup Kreatif

LAZ diminta untuk kian mengembangkan program literasi zakat saat Ramadhan

Rep: Muhyiddin/ Red: Hasanul Rizqa
Direktur Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Syariah IPB Irfan Syauqi Beik saat memberikan paparan pada acara Focus Group Discussion (FGD) bertema Virtual Currency yang diselenggarakan oleh Republika di Double Tree Hotel, Cikini, Jakarta, Kamis (25/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Direktur Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Syariah IPB Irfan Syauqi Beik saat memberikan paparan pada acara Focus Group Discussion (FGD) bertema Virtual Currency yang diselenggarakan oleh Republika di Double Tree Hotel, Cikini, Jakarta, Kamis (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan selalu menjadi kesempatan besar bagi tiap lembaga amil zakat, infak, dan sedekah (ZIS) untuk meluncurkan pelbagai program yang menarik minat dermawan. Hal itu diakui pengamat zakat dari Institut Pertanian Bogor (ITB), Irfan Syauqi Beik.

Dia menjelaskan, biasanya penghimpunan dana zakat di bulan Ramadhan lebih tinggi daripada 11 bulan lainnya. Sebagai contoh, menurut dia, Baznas bisa menghimpun dana zakat sebanyak 30 persen selama Ramadhan, sedangkan 70 persen sisanya pada bulan-bulan lain.

Baca Juga

“Bahkan ada yang sampai 40 sampai 50 persen.  Jadi, memang Bulan Ramadhan ini adalah bulan di mana kesadaran orang untuk berbagi itu sedang berada dalam puncaknya. Bukan hanya zakat, tapi juga infaq sedekah dan wakaf,” ujar Irfan Syauqi Beik saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (5/5).

Dalam 10 tahun terakhir, lanjut Irfan, tren penghimpunan dana zakat selama Ramadhan dinilainya sangat tinggi. Menurut dia, fenomena tersebut wajar karena bulan suci ini diistimewakan agama Islam. Malahan, Ramadhan kerap digelari sebagai “Bulan Kedermawanan.”

Di sisi lain, sebut Irfan, peran lembaga amil zakat (LAZ) dan lembaga filantropi Islam patut diapresiasi.

“Saya melihat biasanya teman-teman Baznas, LAZ, dan lembaga fiantropi Islam secara keseluruhan mereka memang memacu program penghimpunan ini, sehingga biasanya penghimpunan di bulan Ramadhan itu mengalami kenaikan yang cukup signifikan,” jelas Irfan.

Dia memandang, program-program penghimpunan dan penyaluran yang dilakukan umumnya LAZ saat ini sudah mulai banyak yang kreatif. Apalagi, hal itu didukung kemajuan teknologi komunikasi, sehingga banyak metode kampanye berzakat dapat dilakukan dengan cara yang kian beragam.

“Terus terang, sangat bahagia dan senang karena sekarang ini program-program penghimpunan dan juga penyaluran itu sangat kreatif,” ujar Irfan.

Program menyaluran dana ZIS di bulan Ramadhan selama ini didominasi program-program jangka pendek. Misalnya, pelbagai kampanye untuk meningkatkan semangat publik berderma. Selain itu, kata Irfan, LAZ umumnya juga banyak menggelar program-program yang sifatnya konsumtif.

“Nah ini biasanya secara umum. Kalau pun ada program yang sifatnya produktif biasanya hanya launchingnya saja di bulan Ramadhan. Jadi artinya kalau program pendayagunaan yang sifatnya produktif, jangka panjang, itu kan tentu waktunya tidak mungkin,” katanya.

Di atas itu semua, Irfan mengajak tiap LAZ dan lembaga filantropi Islam untuk menyediakan platform digital. Hal ini supaya masyarakat kian mudah dalam menunaikan zakat, infaq, dan sedekah. Karena itu, lanjut dia, program yang semestinya ditingkatkan selama Ramadhan adalah yang berkaitan dengan literasi zakat.

“Nah, sekarang yang perlu ditingkatkan menurut saya adalah sosialisasi dan edukasi kepada publik. Jadi, literiasi zakat publik ini harus kita tingkatkan. Karena masih banyak juga masyarakat yang senang kalau berbagi itu dilakukan secara demonstratif, dengan cara mengumpulkan para mustahik di lapangan, baris, kemudian dibagikan,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement