Sabtu 20 Apr 2019 16:18 WIB

Baznas Bantu Pengrajin Batik Keluar dari Kemiskinan

Baznas melalui ZDC memberdayakan puluhan keluarga mustahik pengrajin batik 3 provinsi

Rep: Fuji E Permana/ Red: Gita Amanda
Kepala Divisi Pendayagunaan Baznas, Randi Swandaru usai pertunjukan Batik Tuban karya mustahik di ajang Puteri Kartini 2019 di Perpustakaan Nasional, Sabtu (20/4).
Foto: Republika/Fuji Eka Permana
Kepala Divisi Pendayagunaan Baznas, Randi Swandaru usai pertunjukan Batik Tuban karya mustahik di ajang Puteri Kartini 2019 di Perpustakaan Nasional, Sabtu (20/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) melalui Zakat Community Development (ZCD) memberdayakan puluhan keluarga mustahik pengrajin batik di tiga provinsi. Para pengrajin batik yang awalnya berada di bawah garis kemiskinan kini sedang berproses keluar dari kemiskinan.

Kepala Divisi Pendayagunaan Baznas, Randi Swandaru mengatakan, ada tiga lokasi yang masyarakatnya diberdayakan di antaranya Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan, dan Jawa Timur. Baznas melakukan tiga metode pendekatan kepada para mustahik di sana.

Baca Juga

"Pertama, Baznas memberi modal untuk kegiatan dan alat kerja mereka (mustahik pengrajin batik)," kata Randi kepada Republika.co.id saat ajang Puteri Kartini 2019 di Perpustakaan Nasional, Sabtu (20/4).

Ia menjelaskan, yang kedua, Baznas membantu meningkatkan produksi mereka. Baznas melatih mereka menggunakan sarana pewarna alami yang hemat air dan lain sebagainya. Sehingga mereka mampu memproduksi kain tenun dan kain tradisional lainnya yang identik dengan kebudayaan Indonesia

Baznas juga membantu membuka akses pasar bagi mereka. Sehingga akhirnya mereka bisa menemukan pasar supaya dapat menjual produk-produk mereka. Batik karya mustahik yang diberdayakan Baznas tampil di ajang Puteri Kartini 2019 salah satu tujuannya untuk memperkenalkan produk dan membuka pasar.

"Kita memamerkan kain tradisional dari para pembatik dan penenun yang diberdayakan Baznas, harapannya mereka bisa semakin berdaya ekonominya dan semakin semangat produksinya, sehingga kelestarian kain tradisional tetap bertahan," ujarnya.

Baznas menyampaikan, para pengrajin batik tersebut awalnya menjadi buruh yang dibayar Rp 500 per lembar kain batik. Kini mereka bisa menjual kain batik sendiri dengan harga Rp 500 ribu per lembar kain batik. Rata-rata penghasilan mereka per bulan Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta.

"Itu penghasilan ibu-ibu pengrajin batik, jadi ibu-ibu membantu menambah penghasilan keluarga mereka, penghasilan mereka meningkat (proses) keluar dari garis kemiskinan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement